Ocean-Climate Open Forum: Cerita Masyarakat Terdampak di Pesisir Laut Indonesia

7 Juni 2024 20:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ocean-Climate Open Forum di AtAmerica Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ocean-Climate Open Forum di AtAmerica Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam rangka memperingati Hari Laut Internasional, Ocean-Climate Open Forum, yang jatuh pada 8 Juni, digelar oleh IOJI (Indonesia Ocean Justice Initiative) di @America, Pacific Place Mall, Jakarta, Jumat (7/6).
ADVERTISEMENT
Acara yang masih berkaitan dengan perayaan Hari Lingkungan dan International Against IUU Fishing Day itu menghadirkan Mantan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup 1983-1993, Prof H Emil Salim. Terdapat pula berbagai narasumber yang terdiri dari masyarakat terdampak, serta ahli lingkungan yang membahas kondisi terkini pesisir dan lautan Indonesia.
Prof Emil, dalam keynote speech-nya, menekankan tantangan perubahan lingkungan yang dihadapi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau yang membentang di sepanjang khatulistiwa.
Emil menyampaikan bahwa menjelang 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, kondisi iklim dunia, termasuk Indonesia, diperkirakan akan mengalami kenaikan suhu yang signifikan.
Salah satu dampak besar dari perubahan iklim ini adalah naiknya muka dan suhu laut, yang berpengaruh buruk pada kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
"Ekosistem laut memiliki unsur-unsur alami yang memelihara keberlanjutan kehidupan alam, yang harus kita pelihara dan lestarikan," ujar Prof Emil.
Sayangnya, hingga kini pemanfaatan dan pelestarian penunjang ekosistem kelautan belum memperoleh perhatian utama, sehingga banyak padang lamun di Indonesia yang mengalami kerusakan parah hingga 90 persen.
Prof Emil Salim pada Ocean-Climate Open Forum di AtAmerica Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Perubahan iklim yang berpengaruh besar pada ekonomi kepulauan Indonesia memerlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang tanggap terhadap dampak perubahan iklim.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim perlu digalakkan agar masyarakat Indonesia dapat mengatasinya.
"Dengan kenaikan suhu bumi, berbagai dampak pada kehidupan laut perlu kita siapkan sedini mungkin," tambahnya.
Untuk menggalakkan pembangunan kelautan yang disarankan, Emil mengusulkan rencana pelestarian kelautan yang integratif secara inter-departemen dan pengembangan sumber daya manusia secara komprehensif di daerah kepulauan, khususnya Indonesia timur, guna menanggapi tantangan perubahan lingkungan yang akan datang.
Sejumlah Narasumber pada Ocean-Climate Open Forum di AtAmerica Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Forum ini juga menghadirkan berbagai narasumber dari komunitas terdampak lainnya, seperti ketua Aliansi Nelayan Natuna dan pejuang suara pelaut. Mereka memberikan pandangan dan pengalaman mereka terkait dampak perubahan iklim dan upaya pelestarian lingkungan laut.
ADVERTISEMENT
Seorang nelayan dan pejuang mangrove, Yudi, mengungkapkan kepedihannya terhadap kerusakan mangrove yang terjadi di daerahnya.
"Bagi saya siapa pun yang merusak mangrove, itu merusak orang saya. Yang membunuh mangrove itu membunuh orang tua saya, gak peduli siapa dia, musuh saya. Ini adalah jihad bumi," tegas Pak Yudi dengan penuh emosi.
Ketua kelompok perempuan Pulau Pari, Asmani, juga menyampaikan keluh kesahnya terkait masalah sampah dan dampak perubahan iklim di wilayah mereka.
"Yang tinggal di Jakarta jangan buang sampah sembarangan karena sampahnya ke Pulau Pari. Susah melaut, lautan kami jadi sampah," ujarnya sambil menangis.
Asmani juga menyoroti sulitnya mendapatkan legalitas tempat tinggal dan dampak buruk perubahan iklim.
"Perubahan iklim cukup parah di pesisir. Dulu kami bisa memprediksi musim, tapi sekarang gak bisa," tambahnya.
Penanggap Diskusi pada Ocean-Climate Open Forum di AtAmerica Jakarta, Jumat (7/6/2024). Foto: Tiara Hasna/kumparan
Para penanggap dari berbagai organisasi seperti IOJI, Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan, dan Serikat Buruh Migran Indonesia turut memberikan masukan tentang perlunya regulasi yang kuat dan perlindungan terhadap nelayan dan masyarakat pesisir.
ADVERTISEMENT
Diskusi ini menekankan pentingnya kolaborasi antar sektor dan pengembangan teknologi untuk memastikan keberlanjutan ekosistem laut serta kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.