Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Ojol di Yogya Dinarasikan Meninggal Kelaparan, Ketua RT Bantah: Asam Lambung
10 April 2025 18:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Seorang ojol berinisial HBS (60 tahun) ditemukan meninggal dunia di tempat pembuangan sampah (TPS) di Pogung Kidul, Sinduadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Rabu pagi (9/4).
ADVERTISEMENT
Di media sosial, peristiwa itu dinarasikan bahwa korban meninggal dunia dengan pesan terakhir "ngelih"—Bahasa Jawa yang berarti kelaparan.
Terkait kabar di medsos tersebut, Ketua RT 49, Rusunawa Jogoyudan, Gowongan, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta, bernama Rinawan, membantahnya.
"Itu bukan kata-kata ngelih (lapar) tapi saya dengar langsung dari rekannya sesama ojol itu pesannya 'Tolong' terus habis itu jam 5 atau jam 6 rekannya WA menghubungi sudah tidak bisa dihubungi," kata Rinawan ditemui di tempat kerjanya di Tempat Parkir Abu Bakar Ali, Kota Yogyakarta, Kamis (10/4).
Rinawan mengatakan soal penyakit yang diderita HBS, beberapa hari yang lalu dirinya dan pengurus RT sempat menjenguk.
"Katanya asam lambung atau maag. Dia punya penyakit kaya gitu. Kalau asam lambung itu kan bisa pas kumat memang medeni (menakutkan)," bebernya.
"Tapi kalau tadi dinarasikan di medsos kelaparan itu enggak ada. Kita enggak ada di dalam kemarin di forensik, di rekannya ojol tidak ada bilang kaya gitu. WA-nya 'Tolong' (minta tolong) ," katanya.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan jika dilihat dari kronologinya, HBS meninggal diduga karena sakitnya kumat.
"(Kemungkinan) minta tolong pas penyakitnya kambuh. Karena waktu pas saya jenguk (saat sakit) itu kan keadaannya pucat," terangnya.
Warga Pasti Bantu
Rinawan mengatakan selama ini warga Rusunawa Jogoyudan guyub rukun. Ketika ada warga yang kesusahan apalagi kelaparan pasti dibantu. Apalagi HBS merupakan wakil sekretaris RT
"Pasti membantu. Apalagi Pak HBS orangnya baik, entengan, kalau dia enggak sakit atau waktu luang kalau ada kerja bakti pasti ikut. Dan notabene orangnya menengah di atas rata-rata (warga rusun lain)," katanya.
"Kalau ada yang tidak bisa makan pasti kita (warga) bantu. Kalau ada ODGJ aja kita urusi, kita kasih makan," pungkasnya.
Kata Polisi
Diberitakan sebelumnya, tak ditemukan tanda-tanda kekerasan dari tubuh korban.
ADVERTISEMENT
"Dari hasil pemeriksaan dokter forensik RSUP Sardjito terhadap korban tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan," kata Kasi Humas Polresta Sleman AKP Salamun dalam keterangannya, Rabu (9/4).
"Darah yang keluar dari kepala korban diakibatkan karena benturan ketika korban terjatuh dalam posisi telentang. Tidak ada tanda-tanda kekerasan dalam tubuh Korban," jelasnya.
Salamun menjelaskan terkait peristiwa ini, keluarga korban telah mengikhlaskan. "(Keluarga) menganggap kejadian tersebut merupakan musibah," jelasnya.
Sementara itu, dari keterangan keluarga korban, sebelumnya korban sempat mengeluh sakit pada bagian dada beberapa hari yang lalu.
"(Diduga) pada saat korban bekerja sebagai driver ojol kondisi korban sedang dalam keadaan sakit akan tetapi tetap memaksakan untuk bekerja, sehingga tidak menutup kemungkinan korban kelelahan dan akhirnya meninggal dunia," katanya.
ADVERTISEMENT