OKI dan Negara Teluk Kecam Presiden Macron Kaitkan Islam dengan Terorisme

25 Oktober 2020 18:28 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron Foto: Francisco Seco/Pool via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Prancis Emmanuel Macron Foto: Francisco Seco/Pool via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pidato Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengaitkan Islam dengan terorisme mendapat kecaman dari dunia Islam. Pidato itu muncul terkait isu pemenggalan guru Samuel Paty dan kartun Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Mengutip Anadolu, Macron mengatakan negaranya “tidak akan menyerah” terhadap kartun kontroversial tersebut dan krisis tersebut terjadi di tengah rencananya yang kontroversial melawan "separatisme Islam" di Prancis.
Macron juga menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis di seluruh dunia".
Sekjen Gulf Cooperation Council (GCC) atau Dewan Kerja Sama Teluk, Nayef Al-Hajraf, menilai pernyataan Macron itu tidak bertanggung jawab.
Sekjen GCC Nayef Falah M. Al-Hajraf. Foto: GCC-sg.org
“Pada saat semua upaya seharusnya dilakukan untuk mempromosikan budaya toleransi dan dialog antara komunitas dan agama, pernyataan yang tidak dapat diterima dan provokatif seperti itu malah dibuat. Terbitnya kartun-kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW adalah buktinya,” ungkap GCC sebagaimana dikutip dari Saudi Gazette.
ADVERTISEMENT
Al-Hajraf meminta semua pemimpin dunia, pemikir, dan pembuat opini, untuk memikul tanggung jawab mereka dalam membangun perdamaian dan hidup berdampingan dengan menolak pidato kebencian yang memicu kemarahan dan mengolok-olok agama dan simbol-simbolnya.
GCC adalah blok dagang yang beranggotakan 6 negara Arab di Teluk Persia. Mereka adalah Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman.
Kecaman OKI
Selain GCC, kecaman juga datang dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara mayoritas berpenduduk Islam, termasuk Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, OKI mengaku terkejut dengan pernyataan yang tak terduga dari politikus Prancis tertentu, yang berbahaya untuk hubungan Muslim-Prancis.
“Hasutan kebencian hanya menguntungkan kepentingan politik partisan,” ungkap OKI di situs resminya. Statemen ini muncul sehari setelah pidato Macron.
Pemimpin negara Islam dalam KTT OKI, Kazakshtan Foto: Dok. Istana Wakil Presiden
OKI mengatakan akan selalu mengutuk praktik penistaan dan penghinaan terhadap para nabi umat Islam, Kristen, dan Yudaisme.
ADVERTISEMENT
OKI juga mengutuk terhadap semua tindakan teror atas nama agama, termasuk pembunuhan brutal terhadap warga negara Prancis, Samuel Paty.
OKI mengimbau agar kejahatan ini tidak dikaitkan dengan Islam dan ajarannya dan menganggapnya sebagai tindak terorisme perseorangan yang dapat dihukum oleh UU.
OKI juga mengecam pembenaran atas pelecehan berbasis penistaan terhadap agama apa pun atas nama kebebasan berekspresi.
Pernyataan Imam Masjid Al-Azhar
Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb juga mengutuk pemenggalan guru sejarah di Prancis.
Meski mengutuk, Ahmed menegaskan menghina agama atas nama kebebasan berpendapat berpotensi menciptakan kebencian.
Paus Fransiskus (kiri) bersama Imam Besar al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb Foto: REUTERS/Tony Gentile
"Sebagai seorang Muslim dan Sheikh Al-Azhar, saya deklarasikan bahwa Islam, ajarannya maupun Nabinya, tidak bersalah atas tindakan terorisme kejam ini," kata Ahmed saat membacakan pidato seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
"Di waktu bersamaan, saya tekankan menghina agama dan menyerang simbol suci mereka di bawah kebebasan berekspresi adalah standar ganda dan undangan terbuka terhadap kebencian," sambung dia.
Ahmed menambahkan, aksi teror berupa pemenggalan di Paris sama sekali tidak merepresentasikan Islam.
"Teroris ini tidak bicara untuk agama Nabi Muhammad, seperti halnya teroris Selandia Baru yang membunuh umat Muslim di masjid, dia tidak berbicara agama Yesus," tegas Ahmed.
Pidato Ahmed dibacakan di Roma dalam acara solidaritas atas terbunuhnya guru sejarah Samuel Paty. Acara tersebut dihadiri pula oleh Paus Fransiskus dan Kepala Rabi Yahudi Haim Korsia.