Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Olahan Keripik Singkong Indonesia Menembus Pasar Korea Selatan
6 Mei 2018 5:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Hasil olahan ketela dan singkong Indonesia menembus pasar Korea Selatan. Dalam ajang Seoul Food di KINTEX Seoul, Korea Selatan, olahan keripik Indonesia sangat digemari. Ternyata rasa keripik ketela dan singkong organik Indonesia sesuai dengan gaya hidup sehat yang diterapkan oleh masyarakat Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Melihat hal itu, Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, menganggap kesukaan masyarakarat Korea terhadap aneka keripik ketela dan singkong menjadi sebuah potensi yang perlu dikembangkan.
"Korsel merupakan pasar yang berpotensi besar untuk makanan ringan Indonesia. Karenanya kita terus menggarap serius (potensi) ini," kata Hadi dalam rilis yang diterima kumparan (kumparan.com), Minggu (6/5).
Menurut Hadi, dalam ajang Seoul Food yang berlangsung selama empat hari, 1-4 Mei 2018, Indonesia mendapatkan hasil transaksi yang sangat menguntungkan. Indonesia bahkan meraup omzet hingga Rp 113 milliar dalam ajang tersebut.
"Paviliun Indonesia berhasil meraih total transaksi langsung dan transaksi prospektif sebesar USD 8,19 juta atau Rp 113 miliar lebih. Selain kripik, nilai ini juga disumbang dari penjualan berbagai jenis biskuit, wafer, kacang, wafer, krimer hingga nata de coco dan makanan olahan lainnya," lanjutnya
ADVERTISEMENT
Menurutnya, salah satu faktor keripik Indonesia disukai oleh masyarakat Korea karena perkembangan tren makanan ringan yang tengah berkembang di Negeri Gingseng. Korea Selatan bukan hanya mementingkan rasa yang bervariasi tetapi juga bahan baku alami dan proses pembuatannya.
“Tren yang berkembang di Korsel saat ini adalah back to basic food, ditambah kemasan yang menarik. Semua itu akan meningkatkan nilai tambah dari produk yang dijual,” kata dia
Dalam ajang Seoul Food, paviliun Indonesia melibatkan pengusaha-pengusaha yang membawa produk-produk terpilih sesuai dengan permintaan pasar Korea. Ditambah seorang pengusaha Indonesia yang telah berhasil masuk pasar Amerika Serikat dalam skala besar, untuk berbagi pengalamannya dalam inovasi produk dan desain kemasan.
Saat ini, Korea Selatan menempati peringkat ke-14 sebagai negara pengimpor makanan olahan dunia, dan peringkat ke-3 di Asia setelah Jepang dan Tiongkok. Impor makanan olahan Korsel senilai USD 9,33 miliar dengan kecenderungan peningkatan sebesar 7,98% setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Indonesia, masih berada di peringkat ke-16 eksportir olahan di pasar Korea Selatan. Filipina, Thailand, dan Vietnam masih mengguli Indonesia dalam esportir olahan. Tetapi, Indonesia masih memiliki peluang untuk pertumbuhan ekspor Indonesia, karena makanan olahan Indonesia mulai diterima masyarakat Korea Selatan.
"Hal yang menggembirakan adalah makanan olahan Indonesia mulai diterima masyarakat Korsel. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pertumbuhan ekspor sebesar 45,31% dari USD 92,38 juta pada tahun 2016 menjadi USD 134,24 juta pada tahun 2017," pungkas Dubes Hadi.