Ombak 2,5 Meter, Operasi SAR Sriwijaya Air di Hari Kelima Dihentikan Sementara

13 Januari 2021 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah prajurit TNI memindahkan kantong berisi temuan ke KRI Rigel-933 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah prajurit TNI memindahkan kantong berisi temuan ke KRI Rigel-933 saat pencarian korban dan puing pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (12/1). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Cuaca buruk pada Rabu (12/1) membuat operasi SAR Sriwijaya Air SJ 182 dihentikan sementara waktu. Deputi Bina Tenaga dan Potensi SAR Basarnas Abdul Haris Achadi mengatakan ombak di tengah laut begitu tinggi sehingga membahayakan tim SAR.
ADVERTISEMENT
"Untuk sementara off (pencarian). Kita lihat cuaca ini. Dapat informasi di sana tinggi gelombang 2,5 meter," kata Haris saat di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (13/1).
Pantauan kumparan di Posko JICT kapal milik Basarnas KN SAR Karna yang meninggalkan dermaga pukul 09.30 WIB harus kembali sebelum sampai di lokasi pencarian karena cuaca buruk tersebut. Semula kapal itu berangkat untuk membawa tenaga medis, tim rescue, penyelam, media, dan relawan.
Suasana di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (13/1). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
"Baru sampai mulut kolam kita terpaksa harus balik kanan karena cuacanya dapat informasi di lokasi cuaca ekstrem sampai 2,5 meter tinggi gelombang dan kami keluar 1,5 meter tinggi gelombang," kata Haris.
Di posko sendiri cuaca mendung. Hujan sempat turun beberapa kali dengan intensitas ringan.
Suasana di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (13/1). Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
Sebelumnya Direktur Operasional Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman mengatakan operasi pada hari kelima ini masih fokus untuk evakuasi korban. Selain itu juga mengangkut puing-puing pesawat yang berada di dasar laut. Serta mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merupakan bagian dari black box.
ADVERTISEMENT
"Tidak konsentrasi satu bentuk (CVR). Itu dilakukan secara simultan karena pencarian terhadap korban itu juga kita fokuskan ke situ selain puing-puing yang masih bisa kita angkat," kata Rasman.