Omi Nurcholis Madjid: KKN Menggurita, Nepotisme Dipertontonkan Tanpa Malu

12 November 2023 16:27 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Omi Komaria Nurcholis Madjid. Foto: nurcholishmadjid.net
zoom-in-whitePerbesar
Omi Komaria Nurcholis Madjid. Foto: nurcholishmadjid.net
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Istri Cak Nur, Omi Komaria Nurcholis Madjid, ikut mengkritisi polemik batas usia capres-cawapres dan pelanggaran etik Hakim Anwar Usman di Mahkamah Konstitusi. Omi prihatin korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) saat ini dipertontonkan tanpa malu.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Omi usai silaturahmi Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah, siang ini. Ia dan sejumlah tokoh datang untuk membahas situasi politik terkini.
"Saya curhat karena saya merasa sedih, kesal dan marah itu semua dipicu oleh suatu kenyataan bahwa KKN yang kita perjuangkan pada reformasi 1998. KKN justru semakin menggurita dalam pelaksanaan penyelenggaraan negara," kata Omi
"Gerakan suatu wadah tempat pengabdian kepada rakyat untuk kemajuan rakyat, itu semua sudah tidak ada rasanya. Negara malah diselewengkan jauh sebagai ajang KKN. Sangat memprihatinkan sekali, bahkan nepotisme kekuasaan Anda lihat sendiri ditunjukkan, dipertontonkan terbuka tanpa rasa malu sama sekali," ujar dia.
Konfrensi pers sejumlah tokoh usai bertemu Gus Mus atau K.H. Ahmad Mustofa Bisri. Foto: Youtube/ GITA Kita
Omi mengaku sampai menangis karena kecewa dengan pemerintahan sekarang. Ia pun mempertanyakan hati nurani para elite politik dan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
"Itu yang tadi saya menangis ke Gus Mus. Kita haji malah ngantri-ngantri, umrah selalu penuh, gereja juga penuh. Ke mana ini, ada apa ini hati nurani pemimpin kita itu?" kata Omi.
"Padahal melalui seminar para tokoh agama, seniman, mahasiswa, cendekiawan sudah sering diingatkan bahaya KKN untuk keberlangsungan negara ini. Jadi apa kekuasaan menjadikan orang tertutup hatinya itu yang sangat memprihatinkan saya. Kenapa begini? " tambah dia.
Pada kesempatan yang sama, mantan Menteri Agama Lukman Hakim juga mengungkapkan kekecewaannya. Ia memandang saat ini masyarakat telah dilanda krisis nilai.
"Beliau (Gus Mus) mengatakan beliau merasakan hal yang sama. Beliau menekankan kita harus kembali ke nilai. Dia mengatakan saat ini kita sedang mengalami krisis nilai. Tidak hanya dialami sebagian penyelenggara negara, tapi masyarakat keseluruhan," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sebab itu, Lukman mengajak semua pihak untuk menggaungkan semangat demokrasi dan perbaikan nilai. Ia memandang situasi politik saat ini tak hanya bergantung pada elite pemerintahan, namun juga masyarakat.
"Politik itu tanpa dilandasi nilai, tanpa menerapkan asas kepatutan, kepantasan, tanpa menggunakan etika moral, hanya sebagai alat berebut kuasa. Oleh karena itu, bagaimana kebudayaan menyadarkan kembali seluruh masyarakat kita untuk kembali ke nilai luhur, etika, moral," papar Lukman.
"Itu harus terus digaungkan, tidak hanya menggugah kesadaran kolektif tapi juga bisa diimplementasi di semua sektor aspek kehidupan," tambahnya.
Omi Komaria Nurcholis Madjid (tengah). Foto: nurcholishmadjid.net
Sementara, Omi mengatakan pihaknya juga tak akan menyerah bersuara.
"Saya ingat Cak Nur, kita nggak boleh menyerah kita harus bersuara. Saya masih menaruh harapan dan optimisme kepada teman-teman, pada rakyat Indonesia. Mari kita bersuara mengawal kemajuan masyarakat Indonesia, sebagaimana telah ditetapkan para pendiri bangsa," ujar Omi.
ADVERTISEMENT
Putusan nomor 90 di Mahkamah Konstitusi terkait syarat capres-cawapres boleh berusia 40 tahun asal sudah menjabat kepala daerah masih menuai kritik publik. Putusan ini dinilai jalan pintas bagi putra Jokowi, Gibran Rakabuming, maju menjadi cawapres.
Terlebih Mahkamah Kehormatan MK akhirnya memutuskan, Hakim Anwar Usman yang juga merupakan paman Gibran terbukti melanggar etik terkait putusan nomor 90 tersebut. Di sisi lain, putusan terkait batas usia tersebut masih diputuskan tetap berlaku.