Omzet Penjualan Obat di Pasar Pramuka Anjlok 80%

20 November 2017 7:43 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang obat di pasar pramuka kembali buka  (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang obat di pasar pramuka kembali buka (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pasar Pramuka yang terletak di Jalan Matraman pernah menjadi pembicaraan banyak pihak saat isu pil PCC merebak pada September lalu. Cobaan lain datang menerpa saat Pemprov DKI di era Ahok-Djarot, memberikan moratorium pada pasar obat yang sudah berdiri sejak 30 tahun ini.
ADVERTISEMENT
Akibat kedua jadian itu, Pasar Pramuka mengalami penurunan omzet penjualan secara drastis. Hal ini diakui Yoyon, salah satu penjual senior yang juga merangkap sebagai Sekretariat Jenderal Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka.
"Jelas sangat berpengaruh," katanya saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Pasar Pramuka, Minggu (19/11).
Pria yang sudah berjualan lebih dari 16 tahun di Pasar Pramuka ini menjabarkan sebelum ada isu pabrik pil PCC dan moratorium, rata-rata penjualan berkisar Rp 10 juta. Ketika isu merebak dan sempat ada pemeriksaan dari Kasat Narkoba. Tak lama setelah itu, omzet penjualan turun 80% menjadi Rp 2 juta.
"Malah kadang enggak ada sama sekali pemasukan per harinya itu," ujarya.
Padahal, kata Yoyon, toko di sana berukuran 2x2. "Mana bisa bangun pabrik?" tanyanya.
ADVERTISEMENT
Makanya, tambah Yoyon, upayanya bersama 300 pemilik dan karyawan toko dan alat kesehatan di Pasar Pramuka seperti judical review (meski akhirnya diputuskan kalah) sampai mengirim surat ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan adalah untuk membersihkan dan membenahi masalah administrasi di pasar berlantai 3 itu.
Hal yang sama juga diungkapkan Dona, karyawan Apotek Rakyat Azzahra 'Andi'. Perempuan 19 tahun ini mengatakan sejak ada isu pabrik pil PCC dan moratorium ini, jumlah konsumen turun hingga 50%.
"Gara-gara ada pemberitaan yang enggak bener itu, jadi pada curiga. Terjadi penyusutan jumlah pembeli. Sebelum ada berita itu sih ramai di sini," katanya.
Isu soal penjualan obat kadaluwarsa, ilegal, hingga palsu juga sempat beberapa kali menerpa pasar yang dikenal dengan apotek rakyat itu.
ADVERTISEMENT
"Kalau obatnya kadaluwarsa, kita bisa memaklumi karena jumlah obat per toko di sini banyak. Kemarin juga pas pengecekan, ditemukan obat kadaluwarsa tapi kondisinya sudah mau dibuang di kantong plastik," tegasnya.
Diakui Yoyon, pemusnahan obat yang sudah habis masa pakainya tidak mudah karena rawan disalahgunakan. Sementara, obat-obat ilegal dan palsu, menurutnya sejauh ini tidak ada.
"Kalaupun ada, itu mereka yang mengaku beli di misalnya di Matraman, tapi menyasarnya, mikirnya pasti di sini (Pasar Pramuka). Padahal sejauh ini pernah enggak ada laporan konsumen ke polisi terkait obat palsu? Enggak ada," ucapnya.