Orang-orang di Balik PT Mustika Dutamas, Pengimpor Senjata Brimob

2 Oktober 2017 11:38 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor PT Mustika Dutamas (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor PT Mustika Dutamas (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Mustika Dutamas menjadi sorotan menyusul perannya sebagai pengimpor pelontar granat dan amunisinya untuk Brimob. Bagaimana jejak rekam perusahaan ini? Siapa orang-orang di baliknya?
Kantor PT Mustika Dutamas (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kantor PT Mustika Dutamas (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Rumah pemilik PT Mustika Duta Mas. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah pemilik PT Mustika Duta Mas. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Mustika Dutamas bukan kali pertama ini saja memenangkan lelang pengadaan barang untuk Polri. Pada 2012, dengan mengalahkan 18 peserta lelang lainnya, perusahaan ini memenangkan lelang untuk pengadaan alat pengolah data sidik jari untuk Bareskrim.
Rumah pemilik PT Mustika Duta Mas. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah pemilik PT Mustika Duta Mas. (Foto: Aria Pradana/kumparan)
Selain itu, PT Mustika Dutamas juga pernah memenangkan lelang pengadaan barang di Direktorat Intelijen Keimigrasian dan pada 2008 pernah mengadakan 80 ribu paspor tanpa mekanisme lelang.
Berdasarkan dokumen profil perusahaan PT Mustika Dutamas yang didapat kumparan (kumparan.com), Senin (2/10), PT Mustika kerap bergonta-ganti pengurus dan pemegang saham sejak 2005. Pada 8 Juni 2005, pengurus saham dipegang oleh 5 orang. Antara lain, Widjonarko selaku komisaris, Fenny Widjaja sebagai direktur, Yofnedi Abrar, dan atas nama perusahaan PT Duta Sena Perkasa yang tidak disebutkan jabatannya.
ADVERTISEMENT
Hari Minggu (1/10) kemarin, kumparan sudah menelusuri jejak Fenny Wijaya, direktur PT Mustika. Kami mencoba mencari alamat Fanny di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Produksi Akrilik pengganti PT Mustika Duta Mas
zoom-in-whitePerbesar
Produksi Akrilik pengganti PT Mustika Duta Mas
Tiba di lokasi, kami lalu bertanya kepada penjaga rumah tersebut. "Iya, memang ini rumahnya (pemilik dari PT Mustika Dutamas), saat ini Ibu tidak berada di rumah sedang ada di luar," kata penjaga rumahnya, Minggu malam.
Namun ketika disinggung tentang pekerjaan dari tuan rumahnya, penjaga rumah tersebut enggan memberikan jawaban. Termasuk meminta izin untuk mewawancarai.
"Nggak tahu, Mas," ujarnya.
Jawaban serupa juga ia ucapkan ketika kami meminta nomor kontak pemilik rumah tersebut.
"Nggak tahu, Mas," ujarnya.
Ia hanya memperbolehkan kami untuk mengambil gambar depan rumah. Dan tidak boleh mengambil gambar di dalam rumahnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan dokumen profil perusahaan, rumah Fenny tercatat di Jalan Ki Mangunsarkoro Nomor 18, Menteng, Jakarta Pusat.
Dalam profil perusahaan, juga tercatat Eldy Syumas di kursi direksi.
Penjelasan Senjata Tertahan di Soetta (Foto: Wahyu Putro A/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Penjelasan Senjata Tertahan di Soetta (Foto: Wahyu Putro A/Antara)
Eldy tercatat menyerahkan sekitar 200 lembar saham pada perusahaan itu di tahun 2005. Siapakah Eldy Syumas? Belum diketahui pasti.
Namun, dalam pencarian di Google terdapat nama Eldy Syumas yang tercatat sebagai Bendahara DPD DPC Gerindra Kotamadya Jakarta Selatan. Namun apakah Eldy Syumas yang ini sama dengan yang tercatat di profil PT Mustika, belum diketahui. kumparan masih mencoba mencari konfirmasi.
Perubahan Kepemilikan Saham
Masih berdasar dokumen perusahaan PT Mustika, pada 12 November 2007, terjadi perubahan data perusahaan berupa pergantian kepemilikan saham. Tercatat 5 orang pemegang saham tersebut, yaitu Fahrizal Nasution selaku Komisaris, Faisal selaku Direktur, I Gde Artjana, Akbar Saleh, dan perusahaan PT Duta Sena Perkasa.
ADVERTISEMENT
Di Google, terdapat nama I Gde Artjana yang menjabat sebagai mantan anggota I Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Selain itu, I Gde Artjana juga tercatat sebagai purnawirawan Laksda TNI. Dia pernah menjabat sebagai Danseskoal. I Gde Artjana juga pernah mendaftar menjadi tim penasihat KPK pada 2004. Namun, belum bisa dipastikan apakah nama I Gde Artjana di atas sama dengan yang dimaksud dalam dokumen PT Mustika Dutamas.
Penjelasan Senjata Tertahan di Soetta (Foto: Wahyu Putro A/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Penjelasan Senjata Tertahan di Soetta (Foto: Wahyu Putro A/Antara)
Di profil perusahaan PT Mustika Mas, I Gde Artjana menjabat sebagai Komisaris Utama pada 2007. Disertakan juga alamat rumahnya yang terletak di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
Perubahan Kepengurusan Lagi
Pada 2009, kepemilikan saham kembali berganti. Kali ini, saham tersebut dipegang oleh 4 orang, yaitu Markus Hendrik Tampah selaku Direktur, I Gde Artjana yang kembali menjabat sebagai Komisaris Utama, PT Duta Sena Perkasa, dan Akbar Saleh yang menjabat sebagai Direktur Utama. Di bagian kepengurusan ini, kumparan tidak berhasil menemukan latar belakang nama-nama tersebut, selain I Gde Artjana.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, juga terjadi perubahan data perusahaan terkait kepemilikan saham. Kepemilikan saham rata-rata didominasi oleh David Chandra, Freddy Panjaitan, Vincent Tandjong, Gatot Ananto Suryo.
Setelah melakukan pencarian sejak Minggu kemarin, Senin (2/10), kumparan berhasil menemukan alamat dan mendatangi Kantor PT Mustika Dutamas yang beralamatkan di Jalan Raden Saleh Raya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Sayangnya di kantor ini, konfirmasi yang hendak dimintakan kumparan belum mendapatkan respons.
Staf di kantor Mustika Duta Mas hanya menyampaikan pimpinan perusahaan sedang di luar.
Sebelumnya, kami sempat kesulitan mencari kantor perusahaan itu yang di Google tercatat di Jalan Gunung Sahari VIII. Satu per satu bangunan pun kami susuri, untuk mencari di mana sebenarnya lokasi perusahaan pengimpor senjata Brimob itu. Namun, ternyata kantor PT Mustika Dutamas terletak di Cikini, sekitar 5 km dari Jalan Gunung Sahari.
ADVERTISEMENT
Keterangan Mabes Polri
Impor senjata untuk Brimob terungkap di publik lewat pesan berantai yang tersebar pada Sabtu (30/9) pagi. Dalam kabar itu disebutkan bahwa Stand-Alone Grenade Launcher (SAGL) beserta amunisinya tertahan di penyimpanan kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (29/9) malam.
Senjata itu tiba dengan pesawat sewaan Antonov An-12 TB dengan maskapai Ukraine Air Alliance UKL 4024. Jumlah pelontar granat itu mencapai 280 pucuk kaliber 40x46 mm beserta 5.932 butir amunisinya yang didatangkan dari Bulgaria.
Pada Sabtu malam, pihak Polri menggelar jumpa pers dengan awak media di Mabes Polri, Jakarta Selatan untuk menjawab kabar yang berkembang tu. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto -- yang mendampingi Kepala Korps Brimob Irjen Murad Ismail -- membenarkan senjata itu adalah milik Polri dan sudah melalui prosedur lelang.
ADVERTISEMENT
"Senjata adalah betul milik Polri dan adalah barang yang sah. Semuanya sudah sesuai dengan prosedur mulai dari perencanaan proses lelang kemudian proses berikutnya di-review staf Irwasum (Inspektorat Pengawasan Umum Polri) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)," ujar Setyo.
Masih mengutip ucapan Setyo, dia memastikan, penahanan senjata di bandara tersebut adalah bagian dari prosedur karantina. Tidak ada satu prosedur pun yang bermasalah, termasuk mengenai surat-surat.
Senjata itu, kata Setyo, wajib dikarantina sebelum diproses Badan Intelijen Strategis TNI. Pembelian senjata berjenis sama diakui Setyo juga pernah dilakukan pada 2015 dan 2016.
Alasan Polri mengimpor senjata dari Bulgaria, lantaran spesifikasi yang diproduksi PT Pindad tidak sesuai dengan kebutuhan penggunaan Brimob.
"Produk ini, produk Bulgaria. Pindad ada produksi tapi kalibernya hanya beda sama (kebutuhan -red) kami," kata Komandan Korps Brimob Polri Irjen Murad Ismail.
ADVERTISEMENT
Senjata itu rupanya diimpor melalui PT Mustika Duta Mas sebagai pemenang lelang pengadaan. Mekanisme lelang dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2012.