Organda Kritisi Pembatasan Bus Wisata Masuk Yogya: Jangan Sampai ke Yogya Mahal

14 Maret 2023 17:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Jalan Malioboro pada Rabu (21/12). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Jalan Malioboro pada Rabu (21/12). Foto: Arfiansyah Panji/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Organda DIY meminta wacana membatasi bus pariwisata masuk ke Kota Yogyakarta saat musim liburan digodok dengan matang. Pemerintah diwanti-wanti jangan sampai wacana itu menjadi blunder dan membuat biaya wisata ke Yogya jauh lebih mahal daripada ke Singapura.
ADVERTISEMENT
"Kalau prinsipnya dari Organda, kami sudah monggo mau dibikin aturan seperti apa, kita ngikut saja. Yang penting kalau bikin aturan harus diikuti dengan kebijakan lain, siap enggak feeder-nya. Kalau tidak siap, kan, sama saja untuk melarang orang masuk ke Kota Yogya," kata Ketua Organda DIY Hantoro melalui sambungan telepon, Selasa (14/3).
Hanya saja, sebelum wacana ini diterapkan harus ada kejelasan seperti di mana bus diparkir dan bagaimana transportasi wisatawan di dalam kota. Termasuk harus berapa kali wisatawan menaiki feeder atau angkutan pengumpan.
"Ya pastilah (harus ada kejelasan), jangan sampai nanti ke Yogya malah lebih mahal daripada ke Singapura. Kalau kita (wisatawan) harus ganti feeder lima kali," katanya.
Spanduk larangan skuter dan otoped listrik di kawasan Malioboro, Jumat (15/7/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Dijelaskan Hantoro, banyaknya feeder juga harus disertai dengan perhitungan yang matang. Jangan sampai, keberadaannya justru akan menambah kemacetan.
ADVERTISEMENT
"Karena kalau menurut perhitungan itu solusi untuk mengurangi kemacetan itu harus ada angkutan publik yang kapasitas besar. Kalau misalnya dibagi kecil-kecil kan malah jadi banyak kendaraannya," katanya.
Dia mencontohkan, jika pada akhir pekan, per hari ada 120 unit bus wisata maka jika menggunakan feeder dalam bentuk shuttle maka butuh 5-6 shuttle. Jika tak diatur hal itu justru menambah kemacetan.
"Jadi boleh-boleh saja kebijakan, tapi harus diperhitungkan sebagai tuan rumah harus bertanggung jawab bagaimana ke depan untuk mengatasi jumlah tamu yang masuk ke Kota Yogya," katanya.
Sebelumnya wacana pembatasan bus pariwisata masuk ke Kota Yogyakarta saat musim liburan akan diuji coba oleh Pemkot Yogyakarta. Lahan di sekitar Terminal Giwangan sudah disiapkan untuk parkir.
ADVERTISEMENT
"Memang tahun 2023 kita mencoba untuk merencanakan bus tidak masuk di dalam (kota). Hanya persoalannya berita acaranya masih di pusat dari Kemenhub sudah setuju tapi kan harus persetujuan Kementerian Keuangan," kata Pj Wali Kota Yogyakarta Sumadi beberapa waktu lalu di Kepatihan Pemda DIY.
"Prinsipnya Pak Gubernur setuju dan Menhub setuju. Nanti kita dapat 2,6 hektare lahan di terminal Giwangan untuk parkir bus wisata," katanya.
Soal shuttle itu, ada dua alternatif yang bisa dilakukan yaitu penganggaran dari Kemenhub atau memaksimalkan dan mengefektifkan Trans Jogja.