Ortu Korban Pelecehan Kecewa dengan Oknum Pimpinan Ponpes di Karawang: Munafik

9 Agustus 2024 20:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: HTWE/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak kecil laki-laki menjadi korban pelecehan. Foto: HTWE/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Orang tua santriwati di Karawang yang anaknya diduga menjadi korban pencabulan Kiki Andriawan alias K, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Isra, merasa kesal dengan pernyataan terduga pelaku.
ADVERTISEMENT
Kiki telah menyampaikan klarifikasi terkait tuduhan itu. Ia membantah mencabuli 20 santriwatinya.
"Munafik berarti dia. Banyak saksi kok orang yang lain juga menyaksikan dia mengakui (perbuatannya). Dia pegang-pegang, memeluk, menutup mata digesek-gesekin ke anak saya. Itu ada kakak kelas yang menyaksikan, posisi saat tadarus," kata S, salah satu orang tua korban kepada wartawan, Jumat (9/8).
S menuturkan kasus itu baru diadukan ke polisi pada Kamis (8/8) malam. Ia mengaku kecewa kasus pelecehan seksual terjadi di pondok pesantren sehingga membuat putrinya trauma.
"Kecewa pasti. Gara-gara itu anak saya ke sekolah, ke mana pun juga gak mau, sampai saya kaget, dia gak mau ketemu dengan laki-laki, dengan omnya, kakak iparnya, itu gak mau, terkecuali dengan saya bapaknya," ungkap S.
ADVERTISEMENT
"Atas dasar ini saya memberanikan diri melaporkan, anak saya ini ke depannya seperti apa, takut dengan laki-laki sementara anak saya nanti akan berumah tangga, khawatir, tersiksa saya ngelihat anak ngurung diri di kamar, makan susah, minum susah," lanjut dia.
Di tempat sama, M (43) orang tua korban lainnya, mengaku baru mengetahui ulah keji telapor saat anaknya mengadu pada Maret 2024 lalu.
"Kaget lah pasti. Dia cerita waktu itu pas selesai mandi, si K ini masuk ke kobong. Spontan dong anak saya bingung lalu nyari kain buat tutup badan, tapi katanya disuruh diangkat. Disuruh diangkat terus yang bersangkutan itu malah cengengesan. Kok bisa kata saya, padahal saya percayakan anak saya di sini," ujar M seraya menahan tangis.
ADVERTISEMENT

Diminta Tidur Tanpa Berpakaian

Ilustrasi CCTV indoor. Foto: Phonlamai Photo/Shutterstock
Orang tua korban mengatakan K memberikan hukuman kepada para santriwati dengan meminta mereka tidur di asrama tanpa baju. Padahal di kamar itu ada CCTV yang dapat dimonitor olehnya.
"Anak-anak sebetulnya kan gak mau, mereka inisiatif nutup CCTV itu, terus paginya diomelin sama si K ini kenapa CCTV-nya ditutup, kan gak wajar. Sanksinya itu karena mereka buat salah katanya, tapi kan gak jelas salah apa," ucapnya.
Dia menyebut, dua putrinya memang dimasukkan ke pondok tersebut, dan yang menjadi korban adalah putri sulungnya.
"Masuk ke situ udah lumayan lama dari 5 atau 6 tahun lalu, tapi kata anak saya yang pertama, gelagat anehnya orang itu pas anak saya baru lulus SMP, kalau SMA kan memang gak di situ, tapi masih tetap mondok di sana," ucapnya.
ADVERTISEMENT

Sempat Mengadu ke Ustadzah Ponpes

M mengulas, sebelum anak-anaknya mengadu kepadanya, mereka sempat mengadu ke guru atau ustadzah di ponpes itu. Namun laporan itu seperti tidak ditindaklanjuti.
"Sebelum ke orang tua mereka (ngadu) ke ustadzah, tapi kata ustadzah, sabar dulu nanti kita bongkar ramai-ramai ketika pembagian rapot. Saya bilang gak bisa, nanti hilang nanti. Saya langsung tarik anak-anak saya pulang," ujar M.
"Anak-anak ini ketakutan untuk menjelaskan. Mungkin karena saking gak kuatnya, jadi bilang ke orang tua," tutupnya.

Klarifikasi Pemilik Ponpes

Kiki Andriawan, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Isra di Karawang. Foto: Istimewa
Kiki telah mengklarifikasi tuduhan soal pencabulan 20 santriwati tersebut. Ia menyampaikan klarifikasi itu didampingi Humas Kemenag Karawang dan PCNU Karawang.
"Saya selaku pengasuh ponpes memastikan bahwa isu dugaan pelecehan seksual yang bergulir itu tidak benar," kata Kiki di aula Kementerian Agama Kabupaten Karawang, Jumat (9/8).
ADVERTISEMENT