Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
OSO: Infrastruktur Harus Dibangun untuk Memudahkan Lalu Lintas Ekonomi
28 April 2018 16:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Oesman Sapto Odang (OSO) mengaku optimistis perekonomian Indonesia akan bangkit di 2030. Kebangkitan ekonomi, kata OSO, karena Indonesia telah menerapkan sistem perekonomian dengan baik.
ADVERTISEMENT
"Di tahun 2030 kita telah menetapkan sistem pereknomian, secara pasti bahwa Indonesia akan bangkit di tahun 2030," kata OSO di Hotel Swiss Bell Inn, Kalimantan Barat, Sabtu (28/4).
Menurut OSO, Indonesia dapat menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar karena memiliki kekayaan alam yang melimpah.
"(Indonesia) menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-5 di dunia karena kita punya source yang luar biasa di dunia," kata dia.
"Saya gambarkan sedikit. Saya orang yang berkiblat pada dunia usaha. Contoh, alumunium itu berasal dari bonsai alumunium. Deposit yang paling besar di dunia ada di negara kita," lanjutnya.
Untuk itu, OSO mendukung pemerintah dalam membangun infrastruktur di daerah. Menurutnya, pembangunan itu sebagai jalur untuk memudahkan lalu lintas perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Maka saya sependapat bahwa infrastuktur harus dibangun dalam rangka memudahkan jalur lalu lintas perkonomian, dari Papua sampai ke Aceh dibangun infrastruktur," ungkapnya.
Dukungan itu, kata OSO, sebagai bentuk kesepahaman pemerintah dengan orientasi DPD dalam keseriusan membangun daerah.
"Saya bukan pemerintah. Saya independen. Saya anggota DPD, lembaga tinggi negara yang berorientasi dengan pembangunan daerah dan akan mendukung siapapun yang membangun daerah, akan kita dukung sepenuhnya," kata dia.

Meskipun demikian, OSO menegaskan pemerintah tidak melulu mengurus infrastruktur daerah saja. Menurutnya, pemerintah juga memikirkan tentang kemakmuran negara dengan kemajemukan yang dimiliki.
"Tapi bukan berarti daerahisme, bukan. Jangan berpikir tentang daerahisme. Kemakmuran daerah bila ada kombinasi warna warni. Zaman penjajahan tidak ada satu orang pun yang tanya agamamu apa, sukumu apa, partaimu apa, enggak ada. Yang ada tekad anak bangsa kami tidak mau diijajah dan kami mau merdeka," pungkasnya.
ADVERTISEMENT