Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif meyakini Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab tak bisa pulang ke Indonesia karena pencekalan yang bersifat politis. Slamet mengklaim terhambatnya kepulangan Rizieq bersumber dari pihak Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi pers, Senin (11/11), PA 212 menampilkan dokumen berbahasa Arab yang diklaim sebagai surat pencekalan Rizieq. Mereka menyebut, surat itu berisi masa berlaku visa Rizieq yang habis pada 20 Juli 2018 dan tiga kali gagal keluar Saudi.
Menurutnya, alasan utama Rizieq tidak bisa meninggalkan Saudi adalah alasan kemanan. Slamet mengklaim Saudi siap mengeluarkan Rizieq dari Saudi kapan saja jika ada jaminan clearance dari Indonesia.
"Alasan keamanan tersebut adalah kekhawatiran Kerajaan Saudi akan keselamatan Habib Rizieq," klaim Slamet di kantor DPP FPI di Petamburan, Jakarta.
"Apabila pemerintah Indonesia tidak melakukan penzaliman terhadap HRS, maka sudah sepatutnya memberikan atau mengirimkan surat clearence kepada Kerajaan Saudi Arabia bahwa imam besar tidak dicekal lagi," tutur orang dekat Rizieq ini.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menkumham Yasonna Laoly membantah pihaknya menghambat kepulangan Rizieq. "Enggak ada, enggak ada," kata Yasonna di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (11/11).
Yasonna bahkan menegaskan jawaban yang sama saat ditanya pencekalan itu dilakukan pihak imigrasi di Indonesia."Enggak ada, enggak," tegasnya.
Senada dengan Yasonna, pelaksana tugas juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, menyatakan tidak ada pencekalan bagi Rizieq.
"UU Imigrasi memberi hak untuk mencegah WNI ke luar negeri, tidak sebaliknya," papar Faizasyah.
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 6 November 2024, 7:09 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini