Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pakai Baju Betawi dan Kopiah, Uskup se-Jawa Temui Djarot
31 Mei 2017 11:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat hari ini menerima kunjungan para uskup dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Berbeda dari kebiasaan para uskup yang mengenakan jubah, saat bertemu Djarot, mereka mengenakan baju khas betawi.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan (kumparan.com), para uskup tersebut mengenakan koko berwarna putih, dengan sarung yang dikalungkan di leher beserta kopiah. Mereka diterima Djarot di ruang rapat Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat.
"Kami datang untuk mendengar sedikit cerita dari bapak dan tentu silaturahmi untuk saling mengenal. Kebanyakan kami cuma lihat dari tv saja. Itu tujuan kami ke sini," kata Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo, Rabu (31/5).
Dalam pertemuan itu, Djarot meminta para uskup untuk ikut terlibat mencegah perpindahan penduduk dari daerah-daerah di luar DKI ke Ibu Kota. Djarot menyampaikan fenomena maraknya warga di provinsi lain yang biasanya berbondong-bondong pindah ke Ibu Kota setelah Lebaran.
ADVERTISEMENT
"Tolong dikasih tahu jangan datang ke Jakarta. Lebih baik kita bekerja mengelola kita punya masing-masing wilayah. Kalau benaran, deg-degan juga aku. Mudiknya bawa rombongan," kata Djarot.
[Baca juga: DPRD Gelar Paripurna Proses Pengunduran Diri Ahok ]
Ia bahkan memuji kebijakan Gubernur Ali Sadikin yang memperketat syarat warga dari daerah lain yang hendak pindah ke DKI.
"Saya kadang-kadang mikir, betul waktu zaman Pak Ali Sadikin. Saat itu, Jakarta jadi kota tertutup, jadi boleh datang dan kasih uang jaminan. Kita kota terbuka tapi terbukanya selektif, "kata Djarot.
[Baca juga: Puasa, Djarot Juga Pulang Cepat dari Balai Kota ]
Pada kesempatan tersebut, Djarot juga minta pengertian dari para usukp jika sikap kepemimpinannya di Jakarta bersama Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok dinilai keras.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya mohon maaf. Pak Ahok kan dianggap suka tukang gusur dan melanggar HAM. Sekarang saya kembalikan. Ukurannya melanggar ham seperti apa? Karena yang kita selamatkan juga manusia," kata Djarot.
"Apakah kami salah untuk memindahkan mereka ke rumah susun? Apa itu melanggar? Maka saya sampaikan mari kita diskusikan. Supaya kita tertib dan bukan hanya memperjuangkan dia punya hak saja," lanjut Djarot.
Para uskup yang hadir antara lain adalah Uskup Jakarta, Bogor, Bandung, Purwokerto, Semarang, Surabaya, dan Malang.