Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Pakar UGM: Selat Muria Tidak Akan Muncul Lagi, Demak Tak Akan Jadi Laut
26 Maret 2024 16:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Beberapa hari terakhir banjir melanda wilayah Demak, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Banyak pihak kemudian mengaitkan hal ini dengan Selat Muria yang disebut akan muncul kembali.
ADVERTISEMENT
Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Salahuddin Husein, menjelaskan Selat Muria di Jawa Tengah tidak akan muncul kembali.
Memang, dari aspek Geologi wilayah Demak, Juwana, dan Pati dahulu memang Selat Muria yang pada abad 10-15 berubah menjadi dataran rendah.
"Terbentuknya daerah tersebut (dataran rendah) karena adanya sedimen yang terbawa saat banjir yang berulang," kata Salahuddin dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Selasa (26/3).
Alasan Selat Muria tak akan muncul lagi karena proses geologi berupa erosi lajur Perbukitan Kendeng dan lajur Perbukitan Rembang, proses geologi berupa erosi kedua lajur perbukitan oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih terus berlangsung.
Erosi itu membawa sedimen yang tinggi dan membuat pendangkalan di Selat Muria.
ADVERTISEMENT
"Wajar kalau banjir terjadi berulang. Ini bukan hal aneh karena dataran rendah tersebut terbentuk karena luapan banjir," bebernya.
Lanjutnya, saat banjir terjadi, proses sedimentasi sungai pada umumnya berlangsung. Akibatnya endapan sedimen mengumpul sebagai dataran limpasan banjir.
Demak, Pati, dan Juwana adalah dataran rendah hasil sedimentasi banjir Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana. Selat Muria menghilang jadi dataran rendah seperti ini karena banjir ketiga sungai itu.
"Secara geologis tidak usah khawatir Demak dan sekitarnya akan jadi laut lagi, karena banjir yang berulang ini membawa sedimen yang membentuk dataran rendah," jelasnya.
Di sisi lain, perubahan lingkungan seperti pertumbuhan permukiman memberi dampak geologis salah satunya pemadatan lahan.
Pendirian bangunan, penggunaan air tanah membuat tanah menjadi kompak, padat, dan agak turun. Itu yanh membuat banjir rentan terjadi di Demak, Pati, dan Juwana.
ADVERTISEMENT
Hujan dengan intensitas tinggi juga membuat debit air di wilayah hulu sungai meningkat dan menyebabkan banjir ekstrim
Antisipasi yang perlu dilakukan pemerintah menurutnya adalah mengkaji ulang kapasitas tanggul yang disesuaikan jika terjadi potensi banjir ekstrim. Diharapkan sungai-sungai tersebut mampu membawa banyak debit air hujan tanpa menyebabkan banjir.
"Upaya normalisasi sungai memang sudah dilakukan, tetapi ke depan perlu dilakukan redesain dengan menyesuaikan kondisi saat ini," jelasnya.
Tanggul juga harus dirawat secara berkala untuk mencegah longsor yang menyebabkan pendangkalan sungai.