Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pakar UI Duga Hospitalisasi Corona DKI Naik Hanya di RS Swasta: Warga Trauma
31 Januari 2022 13:39 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Kasus varian Omicron di Indonesia dalam pekan ini semakin melonjak terutama di wilayah DKI Jakarta. Sejumlah orang merasa cemas akan terjadi situasi seperti gelombang varian Delta pada Juni-Juli 2021 yang membuat angka kematian melonjak.
ADVERTISEMENT
“Nah, sekarang banyak orang masuk rumah sakit karena bukan harus masuk rumah sakit tapi karena takut,” ucap epidemiolog UI Pandu Riono, Senin (31/1).
Peningkatan jumlah pasien kali ini dikarenakan masyarakat masih belum paham mengenai penanganan awal serta gejala varian Omicron.
Mereka yang bergejala ringan memilih dirawat di RS swasta dengan biaya sendiri. Padahal ahli -- kemudian diikuti pemerintah -- menyarankan perawatan di RS hanya untuk yang bergejala sedang dan berat. Yang ringan cukup isoman 5 hari.
Hal ini yang kemudian menurut Pandu membuat hospitalisasi di Jakarta meningkat, bahkan sampai 45 persen.
“Seakan-akan ada peningkatan perawatan di rumah sakit. Sebenarnya perawatan rumah sakit itu hanya untuk bergejala sedang dan berat,” katanya.
ADVERTISEMENT
Pandu menuturkan, mayoritas kasus di Jakarta dirawat di rumah sakit swasta, bukan RSUD atau rumah sakit pemerintah.
“Kalau yang ringan kayak flu biasa, cuma sakit tenggorokan atau batuk, karena dia screening telah melakukan perjalanan, kalau punya duit minta [dirawat] di rumah sakit karena trauma gelombang Delta dulu,” ujarnya.
“Minggu lalu, kan, terjadi peningkatan orang masuk rumah sakit, tapi bukan rumah sakit pemerintah melainkan rumah sakit swasta. Coba wawancarai RS Mitra Keluarga, Omni, Siloam,” tegas Pandu.
RS swasta tentu bersedia menerima pasien Omicron meski gejalanya hanya seperti flu biasa. Hal ini otomatis membuat tingkat keterisian rumah sakit naik.
“Semua swasta itu. Omicronnya belum mewabah lagi baru naik, tapi yang panik jauh lebih banyak," ucap Pandu.
ADVERTISEMENT
Hal ini bisa menimbulkan efek negatif yang menyebabkan kecemasan kepada masyarakat.
“Ya jeleklah, maksudnya jadi membuat orang panik, ya ngapain membuat orang panik, yang menguntungkan rumah sakit swasta, dokternya ya senang-senang saja,” lanjutnya.
“[Pasien] Tinggal disuruh tiduran, udah tidak boleh ketemu orang lain dulu, tapi bayar lho. Jadi, [pasien di RS swasta] tidak dibayar oleh pemerintah,” tandasnya.
Untuk itu Pandu menyarankan vaksinasi terus digalakkan. Sehingga, orang yang sakit semakin sedikit.
“Mungkin pemerintah juga harus bilang yang masuk rumah sakit karena tidak divaksinasi harus bayar sendiri supaya orang mau divaksinasi,” tegas Pandu.