Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Pameungpeuk yang Gelisah Setelah Marbot Uyu Berkisah
8 Maret 2018 12:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Setelah beredarnya kabar penganiayaan terhadap beberapa ulama dan tokoh agama di media sosial, ditambah dengan kabar penganiayaan kepada seorang marbot masjid di Pameungpeuk, Garut, Uyu Ruhyana, membuat seluruh warga di sana menjadi resah dan khawatir.
ADVERTISEMENT
Meski pun pada akhirnya Uyu mengaku bahwa kabar penganiayaan kepadanya adalah dibuat-buat, warga Pameungpeuk masih saja tetap memercayai hal itu benar-benar terjadi.
Bahkan, Marbot Uyu pun pernah bercerita ada seorang yang menggebrak-gebrak dan berusaha merusak gerbang Masjid Al-Isriqomah.
"Setelah kejadian itu menjadi tanda tanya semua ulama, ustaz dan kaum muslimin-muslimat. Itu yang menjadi kekhawatiran ulama di Jawa Barat ini, atau ke daerah-daerah lain. Sehingga masyarakat Pameungpeuk, atas kekhawatiran itu kegiatan ronda dan lain-lainnya ditingkatkan," kata Ketua MUI Kecamatan Pameungpeuk, Hasan Basri saat ditemui kumparan (kumparan.com) di rumahnya beberapa waktu lalu.
Ia juga mengaku khawatir setelah adanya informasi bahwa ada tanda 'X' satu kali di depan gang menuju rumahnya. Menurut informasi yang dia terima, tanda 'X' itu merupakan simbol menjadi sasaran penganiayaan.
ADVERTISEMENT
"Saya tanya ke intelijen atau yang lain, banyaklah saudara, teman yang simpati, bahwa hati-hati Ketua, Kang, atau Mang, ini adalah simbol-simbol untuk dibunuh, untuk diambil, dibakar, digantung dan di lain-lain," ujarnya.
Teror juga diakui pernah terjadi di Masjid Al-Istiqomah. Menurut Ketua DKM, Amar, dirinya mendapatkan informasi dari Uyu, bahwa ada seorang beberapa pemuda yang melakukan pengrusakan terhadap gerbang masjid.
"Gerbang ditabrak pemuda 5 orang di sini (Masjid). Saat itu tiba-tiba pemuda masuk, naik, ditegur sama Pak Uyu. Ngambek, barulah orang itu nabrak pintu," ujar Amar.
Kekhawatiran terhadap isu penyerangan kepada pemuka agama pun dirasakan oleh masyarakat setempat. Seperti, Yoga, warga blok Kaum, Desa Pameungpeuk. Yoga menyebutkan setelah isu itu merebak, pihaknya melakukan pengawalan terhadap mubalig yang akan melakukan ceramah.
"Pengawalan terhadap para mubalig, kebetulan saya aktif di Muhammadiyah. Setiap Mubalig misalkan ada pengajian ke daerah mana, itu ada pengawalan dari Kokam bahkan dari santri," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Hal senada diungkapkan Ketua FPI DPC Pameungpeuk, Toni. Menurutnya, kewaspadaan setelah adanya penyerangan ulama oleh orang gila atau orang pura-pura gila harus dilakukan, demi terpeliharanya keamanan dan kondusifitas masyarakat.
"Kalau untuk orang gilanya sih kita bergeming, ini yang dibikin gila yang bikin kita tidak bergeming. Tapi bagaimana pun tetap masyarakat waspada. Untuk kewaspadaan dari sisi keamanan secara umum, isu kecil apa pun akan kita antisipasi," tuturnya.
Kepercayaan masyarakat terkait isu adanya penyerangan terhadap ulama begitu membenak di pikiran warga Pameungpeuk. Kejadian yang menimpa Marbot Uyu Rohyana, dianggap masyarakat merupakan bagian dari penganiayaan terhadap ulama.