Pantang Minggat Sebelum Sepakat: Cerita Warga 'Penghuni Terakhir' Karet Tengsin

17 April 2025 19:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pemukiman penduduk dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, Kamis (17/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pemukiman penduduk dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Karet Tengsin, Jakarta, Kamis (17/4/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk pikuk Ibu Kota dengan menjulangnya apartemen mewah, hotel bintang lima, dan perkantoran pencakar langit, terselip kehidupan kampung yang bertahan di gang-gang sempit di kawasan Karet Pasar Baru Timur 5, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Gang-gang sempit yang diapit gedung-gedung megah itu 'terjalin erat' dengan kehidupan para pekerja kantoran dan penghuni apartemen di sana.
Potret kawasan padat penduduk Jalan Karet Pasar Baru Timur 5 di tengah himpitan gedung-gedung megah kawasan Sudirman, Kamis (17/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Ekonomi warga di kampung gang ini justru hidup dari keberadaan gedung-gedung tersebut. Banyak warga membuka warteg, menyewakan kosan atau menyediakan lahan parkir liar yang diburu para pekerja kantor karena lebih murah.
“Yang parkir di sini ya orang gedung-gedung itu. Bayar di sini Rp 10 ribu seharian, (soalnya kalau) di basemen (gedung) bisa dua kali lipat,” ujar Usama (22), penjaga parkiran yang tinggal di bedeng bersama lima rekannya, Kamis (17/4).
Potret kawasan padat penduduk Jalan Karet Pasar Baru Timur 5 di tengah himpitan gedung-gedung megah kawasan Sudirman, Kamis (17/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Potret kawasan padat penduduk Jalan Karet Pasar Baru Timur 5 di tengah himpitan gedung-gedung megah kawasan Sudirman, Kamis (17/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Hal yang sama diungkapkan oleh Bagas (52). Warung makannya bisa jalan karena banyak pembeli dari pekerja kantoran.
“Kalau enggak ada gedung-gedung itu, mungkin warung saya sepi,” ungkap Bagas (52) yang mempekerjakan tiga orang karyawan.
ADVERTISEMENT

Tawaran Jual Tanah

Letaknya yang berada di pusat kota membuat gang-gang sempit itu bak permata. Harga jual tanahnya meningkat pesat hingga diburu para pebisnis.
Seperti yang diceritakan oleh Toni (55), warga yang sempat membuka bengkel di ujung gang.
“Pernah ditawar. Tapi ya kita menilai (beri harga). Harganya di sana kita enggak tahu, tahu-tahu tinggi di sana, (ditawarin makelar) di sini harga jatuh,” kata Toni (55),
Potret kawasan padat penduduk Jalan Karet Pasar Baru Timur 5 di tengah himpitan gedung-gedung megah kawasan Sudirman, Kamis (17/4/2025). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Duda satu anak ini mengaku, lebih baik bertahan dari pada tergocek praktik makelar tanah yang bikin buntung mereka.
Meski demikian tak sedikit juga yang luluh dengan godaan itu. Beberapa rumah di gang-gang selebar dua meter itu telah berpindah tangan, kebanyakan hanya dibeli tanahnya, bukan ditempati. Salah satunya yang ada di depan rumah Sari (46).
ADVERTISEMENT
"Ini dijualnya Rp 20 juta semeternya. Makelar ngeiyain [setuju]," ujar ibu empat anak itu sambil menunjuk ke reruntuhan bekas bangunan rumah, dua meter dari terasnya.
Sebagai salah satu yang bertahan, Sari, masih pikir-pikir soal nilai tawaran yang pas untuk melepas tanahnya.
“Logikanya gini, kalau ditawar ya minimal bisa buat 2 rumah. Satu lagi buat buka usaha,” katanya.