PAPDI: Pengobatan Antibodi Monoklonal Tak Efektif bagi Pasien COVID-19

25 Februari 2022 10:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasien COVID-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah COVID-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (11/2/2022). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pasien COVID-19 tiba untuk menjalani isolasi di Hotel Singgah COVID-19, Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (11/2/2022). Foto: Fauzan/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pengobatan antibodi monoklonal merupakan pengobatan dengan metode menghadirkan sistem kekebalan tubuh melawan penyakit seperti COVID-19. Cara kerja pengobatan ini melalui protein buatan laboratorium dengan meniru kemampuan sistem kekebalan untuk melawan patogen berbahaya seperti virus, SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Melalui kemampuan tersebut penggunaan antibodi monoklonal diharapkan dapat memberikan hasil yang serupa pada pasien COVID-19.
Dokter paru dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr Ceva Wicaksono Pitoyo yang menyatakan pengobatan dengan metode ini perlu diuji.
“Pengobatannya monoklonal antibodi tampaknya tidak terlalu berperan, beberapa obat yang baru masuk kemarin itu tetapi sebagian besar antivirus masih bisa bekerja," kata Ceva dalam sebuah diskusi virtual dikutip Jumat (25/2).
Antibodi monoklonal masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya dalam varian Omicron.
Food and Drug Administration juga telah merevisi otorisasi untuk dua perawatan antibodi moloklonal, yaitu bamlanivimab dan etesevimab (diberikan bersamaan) dan REGEN-COV (casirivimab dan imdevimab). Mereka juga meminta RS membatasi penggunaannya hanya ketika pasien kemungkinan telah terinfeksi atau terpapar varian yang rentan terhadap perawatan ini.
ADVERTISEMENT
Pembatasan tersebut dilakukan sebagai langkah untuk menghindari pasien terkena efek samping yang dapat berpotensi serius.
“Data menunjukkan perawatan ini sangat tidak mungkin aktif terhadap varian Omicron, yang beredar pada frekuensi yang sangat tinggi di seluruh Amerika Serikat. Perawatan ini tidak diizinkan untuk digunakan di negara bagian, teritori, dan yurisdiksi AS saat ini," demikian keterangan FDA di situs mereka.
"Di masa mendatang, jika pasien di wilayah geografis tertentu kemungkinan besar akan terinfeksi atau terpapar varian yang rentan terhadap perawatan ini, maka penggunaan perawatan ini dapat diizinkan di wilayah tersebut."
Reporter: Rachel Koinonia