Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Para Pengkritik Donald Trump Dihantui Teror Bom Pipa
25 Oktober 2018 15:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Penemuan paket mencurigakan yang diduga berisi bom pipa jadi perdebatan di Amerika Serikat. Aparat keamanan setempat saat ini berpacu dengan waktu untuk mengungkap pelaku pengirim paket tersebut.
ADVERTISEMENT
Aparat keamanan juga tak hanya dituntut mengejar pelaku, namun, mereka didesak agar peristiwa serupa tidak terulang di masa mendatang.
Hingga kini, ada tujuh paket mencurigakan berisi bahan peledak yang ditemukan di New York, Washington, dan Florida. Paket tersebut dikirim ke beberapa poltikus ternama Partai Demokrat seperti Barack Obama, Hillary Clinton, dan kantor media CNN.
Menanggapi kejadian ini, Gedung Putih mendeskripsikan aksi itu sebagai tindakan terorisme. Masyarakat di AS pun diminta untuk waspada.
Biro Investigasi Federal AS (FBI) menyebut, pihaknya sedang bekerja keras mengungkap siapa dalang pengiriman paket mencurigakan tersebut.
"Investigasi mengenai kasus ini adalah salah satu prioritas FBI," sebut Direktur FBI Christopher Wray, seperti dikutip dari South China Morning Post, Kamis (25/10).
ADVERTISEMENT
Mantan Pejabat di Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api dan Bahan Peledak AS, Malcolm Brady ia meyakini pelaku di balik teror bisa ditemukan. Asalkan, penyelidik mau memeriksa dengan hati-hati.
"Kalian harus teliti dalam memeriksa, bahkan sepotong kecil selotip bisa jadi petunjuk karena adanya sidik jari di benda itu," kata Brady.
Walau pelaku belum terungkap, mayoritas korban yang dikirimi paket mencurigakan mempunyai kesamaan. Mereka adalah orang-orang yang dikritik Trump, baik lewat kampanye maupun twitter.
Hillary merupakan eks penantang Trump pada pemilu 2016. Kini, jelang pemilu sela AS, Trump kembali menyerang Hillary dengan slogan 'lock her up'.
Sementara, CNN juga dikenal sebagai seteru dan pengkritisi Trump. Saking murkanya Trump kepada CNN, ia menyebut media tersebut 'fake news'.
ADVERTISEMENT