Parlemen Israel Bubar, Naftali Bennett Tak Mau Dicalonkan Jadi Perdana Menteri

30 Juni 2022 10:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Foto: Amir Cohen/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Foto: Amir Cohen/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Israel melangkah semakin dekat menuju pemilu umum ke-5 dalam 4 tahun terakhir. Kini, negara itu tengah diguncang kegalauan politik usai Perdana Menteri Naftali Bennett mengumumkan dirinya tidak akan berlaga dalam pemilu ini.
ADVERTISEMENT
Bennet pada Rabu (29/6/2022) memastikan dirinya tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan mendatang. Namun, ia akan mempertahankan posisinya sebagai perdana menteri sementara hingga mitra koalisinya, Yair Lapid, mengambil alih sebagai kepala pemerintahan transisi.
“Saya tinggalkan negara yang makmur, kuat, dan aman,” ungkap Bennet, dikutip dari Reuters.
Presiden Israel Reuven Rivlin berbicara di depan parlemen. Foto: John Macdougall / AFP
“Tahun ini, kami telah membuktikan bahwa orang-orang dengan pendapat berbeda dapat bekerja bersama,” sambungnya. Bennet merujuk pada pemerintahan koalisinya yang terdiri dari berbagai partai dengan ideologi beragam.
Pekan lalu, Bennet memutuskan untuk membubarkan parlemen. Langkah ini dilakukan setelah koalisinya kehilangan banyak anggota koalisi dalam serangkaian pembelotan.
Pemungutan suara terkait RUU yang membubarkan parlemen dan menyerukan dimulainya pemilu ditunda hingga Kamis (30/6/2022). Hal ini karena banyaknya amandemen yang diajukan.
ADVERTISEMENT
Amandemen diajukan oleh berbagai partai di seluruh spektrum politik. Menteri Keuangan Israel Avigdor Lieberman mengatakan partainya memblokir RUU pembubaran untuk memajukan proyek metro.
Sementara itu, Partai Daftar Gabungan yang dipimpin Arab mengaku, mereka berharap penundaan pemungutan suara akan mengarah pada berakhirnya peraturan yang memperoleh perlindungan hukum atas pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Setelah seruan pemilu mendapat persetujuan akhir parlemen, Menteri Luar Negeri Yair Lapid akan mengambil alih pemerintahan dari tangah Bennett sebagai perdana menteri transisi dengan kekuasaan terbatas.

Kembalinya Benjamin Netanyahu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memberikan keterangan terkait hasil pemilihan umum Israel di markas partai Likud di Yerusalem,Israel, Rabu (24/3). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Kini di tengah perdebatan anggota parlemen tentang kapan pemilu ini akan digelar, kampanye publik telah didominasi oleh kemungkinan kembalinya eks-Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke kursi pemerintahan.
Tahun lalu, Lapid dan Bennet mengakhiri pemerintahan 12 tahun Netanyahu dengan membentuk pemerintah koalisi mereka. Koalisi itu untuk pertama kalinya melibatkan partai independen Arab.
ADVERTISEMENT
Runtuhnya koalisi Bennet pun disambut oleh sorak gembira Netanyahu yang kini menjabat sebagai pemimpin oposisi. Netanyahu menyebut koalisi tersebut sebagai pemerintahan terburuk dalam sejarah Israel.
Pria berusia 72 tahun itu berharap untuk memenangkan masa jabatan keenam dalam pemilu mendatang meskipun ia tengah menghadapi tuduhan korupsi.
Sejumlah survei menunjukkan partai sayap kanan Netanyahu, Likud, sejauh ini memimpin survei pemungutan suara. Namun mereka masih belum menduduki posisi mayoritas meski mendapat dukungan dari partai-partai agama dan nasionalis yang bersekutu.
Anggota parlemen dari blok pro-Netanyahu mengatakan mereka sedang bekerja untuk membentuk pemerintahan baru sebelum parlemen dibubarkan. Skenario itu, yang kecil kemungkinannya, akan menggagalkan digelarnya pemilu mendatang.
Penulis: Airin Sukono.