Partai Penguasa Malaysia Minta Pemilu Dipercapat Tahun Ini

1 Oktober 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob. Foto: Facebook @ismailsabri60
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob. Foto: Facebook @ismailsabri60
ADVERTISEMENT
Dewan tertinggi Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) mengumumkan partainya sepakat untuk membubarkan parlemen demi mempercepat pemilu Malaysia. Mereka berharap pemilu bisa digelar pada 2022 ini.
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, akan menyampaikan tanggal pembubaran kepada Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah. Pemilu kemudian menyusul 60 hari sejak pembubaran parlemen.
Dilansir Reuters, raja di negara tersebut biasanya hanya bertindak atas saran PM. Tetapi, penguasa monarki memiliki kekuasaan tertentu, termasuk persetujuan untuk pembubaran parlemen.
"Parlemen harus segera dibubarkan untuk memungkinkan terselenggaranya Pemilihan Umum ke-15 tahun ini," jelas Sekretaris Jenderal UMNO, Ahmad Maslan, dikutip dari The Straits Times, Sabtu (1/10).
"Dengan demikian, seluruh perangkat partai di semua tingkatan diinstruksikan untuk mematangkan persiapan memasuki fase pembubaran hingga pemilihan umum," tambahnya.
Pemilu di Semporna, Sabah, Malaysia, (26/9) Foto: AFP
Pemilu berikutnya di Malaysia seharusnya tidak digelar sebelum September 2023. Kendati demikian, sejumlah anggota parlemen UMNO telah bersikeras mendesak pemilu dini kepada Ismail.
ADVERTISEMENT
UMNO adalah pendiri koalisi partai politik yang berkuasa, Barisan Nasional (BN). Koalisi Ismail pun belum menyepakati waktu pemilu. Anggota parlemen dari partainya dan sejumlah mitra aliansi mengaku memprioritaskan masalah ekonomi, seperti lonjakan biaya hidup.
Banjir bandang akibat musim hujan di akhir tahun juga menjadi pertimbangan mereka. Dengan demikian, ini adalah pertama kalinya Ismail menyetujui pemilihan nasional diadakan sebelum akhir 2022.
Pasalnya, negara tersebut telah bergulat dengan pertikaian politik sejak 2018 ketika eks PM Malaysia, Mahathir Mohamad, memimpin koalisi oposisi memenangkan pemilu melawan UMNO.
Sejak saat itu, dua pemerintahan telah runtuh, termasuk pemerintahan Mahathir. Selama mengarungi gejolak, Ismail ditunjuk sebagai PM ketiga Malaysia dalam dua tahun terakhir pada Agustus.