Pasar Buku Palasari Bandung Nasibmu Kini: Zul Pantang Oleng

8 November 2024 19:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasar Buku Palasari Bandung yang sepi pengunjung, Jumat (8/11). Foto: Robby Bouceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Buku Palasari Bandung yang sepi pengunjung, Jumat (8/11). Foto: Robby Bouceu/kumparan
ADVERTISEMENT
Ada masa, kata Zul, ketika Pasar Buku Palasari jadi tempat favorit pemburu buku dan tujuan wisata edukasi yang terkenal di Bandung. Dia bilang dulu yang datang bahkan bukan dari Bandung saja, tapi juga dari luar pulau.
ADVERTISEMENT
“Jambi, dari Aceh, Pulau Sumatera, mereka belanja ke sini itu satu bus, dua bus. Tapi sekarang boro-boro,” ungkap pria 60 tahun itu.
Kalimat terakhir yang Zul sebut memang menggambarkan suasana Pasar Buku yang berdiri sejak tahun 80-an itu, pada Jumat (8/11). Tampak hanya beberapa pembeli ada di sana. Lorong-lorong sepi. Sejumlah toko tutup.
Menurut Zul, Pasar Buku Palasari sepi pembeli semenjak lepas pandemi plus menjamurnya usaha-usaha online. Dia bilang itu persisnya di tahun 2023.
Pasar Buku Palasari Bandung yang sepi pengunjung, Jumat (8/11). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Pasar Buku Palasari Bandung yang sepi pengunjung, Jumat (8/11). Foto: Robby Bouceu/kumparan
“Dulu kan sebelum Covid 19, sebelum banyak yang jualan online, kalau tahun ajaran baru, bisa ada lah, lumayan,” katanya.
“Sekarang, bahkan kalau tahun ajaran baru, juga jauh banget.”
Zul mengatakan, jauh sebelum pandemi, dia bisa kantongi omzet sehari mulai lima ratus ribu hingga satu juta rupiah jika masuk masa ajaran baru.
ADVERTISEMENT
Sebab, banyak pembeli mulai dari jenjang sekolah menengah sampai perguruan tinggi mencari buku materi ajar di Palasari.
“Dulu di luar tahun ajaran baru juga lumayan, bisa ada buat jajan anak di rumah. Tapi sekarang, sehari bahkan kadang enggak ada sama sekali,” tuturnya.
Meski begitu, pria bernama lengkap Zulkarnain ini tetap memilih bertahan membuka kios Baruh Gunung miliknya yang sudah ia tekuni sejak 20 tahun lalu.
Dia juga telah bersiasat coba menyambi buka toko online, sekalipun diakuinya tak berpengaruh signifikan pada penjualan, lantaran persaingan yang ketat.
"Sabar dan kuatin mental. Tanpa itu, mungkin bisa oleng,” ucapnya.
Zul sendiri mengaku rutin membuka lapaknya saban pukul 7 pagi, tutup pukul 6 sore. Buku-buku yang dijual di lapak Zul pun beragam. Mulai mata pelajaran sekolah, komik, kamus, dan hingga buku-buku sastra.
ADVERTISEMENT
Untuk tema buku yang terakhir, Zul bahkan punya sedikit koleksi yang langka. Misalnya, buku Puisi bertajuk Kastalia gubahan penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) asal Garut, Jawa Barat, Dodong Djiwapradja.
“Ya, kita mah berusaha, buat hidup sehari-hari juga," ujar dia mengakhiri perbincangan.