Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Pasar Pandeglang Tetap Buka Pascatsunami
28 Desember 2018 16:59 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
Tsunami Selat Sunda yang menghantam wilayah Labuan, Pandeglang, Banten, tidak membuat Pasar Pandeglang mati. Beberapa pedagang di pasar yang berjarak sekitar 200 meter dari laut itu memilih untuk tetap buka.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dalam kondisi pascabencana pembeli didominasi para relawan. Mereka belanja untuk keperluan dapur umum.
“Apalagi kalau enggak buka mah. Orang pada butuh barang. Ini dari hari minggu sampai sekarang relawan semuanya pada belanja. Beli telur, beli mie, beli gula, beli apa aja kepentingan buat dapur umum,” kata Nur Syamsi salah satu pedagang di Pasar Labuan, Jumat (28/12).
Kehadiran para relawan yang belanja di tokonya membawa keuntungan berlipat. Menurut Nur, pendapatannya meningkat hingga 300 persen pascatsunami. Dari yang semula sehari hanya mendapat Rp 2 juta kini ia bisa meraup Rp 4-6 juta dalam sehari.
“Dari teman-teman relawan sekali belanja ada yang Rp 2 juta, ada yang Rp 3 juta. Pernah saya dibelanjakan Rp 12 juta satu relawan datang,” kata Nur.
ADVERTISEMENT
Senda dengan Nur, pedagang lainnya Rohman juga merasakan peningkatan pendapatan. Meski tidak menyebut jumlah pasti, pedagang sembako tersebut mengatakan pendapatannya naik 20 persen.
“Ada peningkatan. Walaupun kita namanya musibah, tapi Alhamdulilah agak meningkat. Ya adalah kenaikan sekitar 20 persen,” ucap Rohman.
Meski begitu, dalam diri Rohman masih ada rasa khawatir bencana akan datang lagi. Pasalnya tokonya dihantam dua bencana dalam waktu kurang dari seminggu, yaitu tsunami dan banjir.
Gelombang besar tsunami pada 22 Desember 2018 mendorong kapal nelayan ke sungai belakang tokonya. Perahu itu kemudian merobohkan dinding belakang tokonya. Lalu empat hari berikutnya tokonya terendam banjir akibat hujan. Saat itu barang dagangannya banyak yang hanyut ke laut.
“Walaupun ada rasa cemas kejadian kemarin itu. Pas malam minggu tsunami, rabunya banjir. Kalaupun kita ketakutan ya memberanikan diri. Cuma inilah mata pencarian saya sehari-hari. Walau hati mah cemas, takut,” kata Rohman.
ADVERTISEMENT