Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Parasetamol juga kerap menjadi kandungan utama berbagai obat flu karena kemampuanya meringankan gejala-gejala penyerta influenza. Maka, ketersediaan parasetamol adalah mutlak. Masalahnya, suplai bahan baku obat di Indonesia, termasuk untuk parasetamol, ternyata mulai tersendat.
Sejumlah importir bahan baku obat mengeluh bahwa suplai macet sejak akhir 2022. Persoalannya bersumber pada pemasok utama, yakni China, yang menghentikan ekspor mereka karena memprioritaskan penggunaan di dalam negerinya.
Biasanya, para importir Indonesia mengambil barang dari China per beberapa bulan. Mereka yang terakhir mengimpor pada Juni 2022 seharusnya sudah menerima suplai baru pada akhir Desember 2022. Namun, hingga kini barang belum juga tersedia.
Salah satu pegawai di industri farmasi menyebut bahwa pasokan seret sudah terjadi sejak Oktober 2022. Menurutnya, pengiriman material terkendala dari China, dan sebagian pabrik farmasi di negara itu tutup sementara.
Saking sulit mendapat suplai bahan baku obat, ujar staf tersebut, ada rumor bahwa produsen tertentu kemudian mengimpor dari India. Namun, standar di India tidak sama seperti di China. Salah satunya karena India lebih banyak memproduksi bahan baku obat untuk kepentingan sendiri, bukan untuk keperluan ekspor.
“Dari 100% barang yang dibeli [dari India], hanya sekitar 75% yang sesuai standar. Efeknya, ada kasus gagal ginjal. Itu dari etilen glikol,” ujar pegawai yang tak mau namanya disebutkan itu, Selasa (3/1).
Etilen glikol merupakan cairan tak berwarna dan tak berbau yang memiliki rasa manis. Bila dikonsumsi melebihi batas aman, zat kimia ini memiliki efek toksik sehingga menyebabkan keracunan. Racun itu dapat mengakibatkan gangguan pencernaan sampai gagal ginjal akut.
Namun, Gabungan Pengusaha Farmasi membantah adanya pengalihan impor bahan baku obat ke India. Menurut Direktur Eksekutif GP Farmasi Elfiano Rizaldi, produsen tidak bisa mengalihkan impor begitu saja. Perlu uji stabilitas berbulan-bulan lamanya sampai suatu bahan yang hendak diimpor dinyatakan layak dan aman oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Setelah lolos uji kelayakan, barulah suatu bahan dapat diimpor untuk diolah menjadi obat di Indonesia. Jadi, ujar Elfiano, mengubah impor bahan baku obat dari China ke India dengan seketika jelas tidak bisa dilakukan.
“Membuat obat bukan seperti bikin donat. Kalau mengubah bahan baku—misal awalnya membuat parasetamol dengan bahan baku dari China, lalu berubah ambil dari India, itu harus uji stabilitas selama beberapa bulan. Hasil ujinya kemudian disampaikan ke BPOM untuk dapat pengesahan, baru bahan itu bisa dipakai,” kata Elfiano, Kamis (5/1).
BPOM bukan cuma mengecek kelayakan dan keamanan material obat, tapi juga jalur distribusi bahan baku tersebut. Dari penyelidikan lanjutan, diketahui bahwa etilen glikol—yang menjadi biang kerok gagal ginjal akut pada—tidak pernah dipesan oleh industri farmasi.
Yang dipesan adalah propilen glikol sebagai zat pelarut dalam sirop. Namun, ada pemasok bahan kimia yang nakal. Ia mengirim etilen sebagai propilen dengan memalsukan sertifikat analisis. Padahal, etilen glikol tidak boleh dikonsumsi.
Pemalsuan itu berujung fatal karena zat berbahaya itu kemudian digunakan sebagai bahan baku obat sirop, termasuk sirop parasetamol.
Saat ini, meski beberapa importir terancam kehabisan bahan baku obat akibat tersendatnya impor dari China, sebagian lainnya yang terakhir mengimpor pada Oktober–November 2022 masih memiliki stok aman sampai April 2023.
Para importir ini mendengar kabar bahwa masyarakat di kota-kota besar China memborong obat-obatan karena takut kehabisan. Benar saja, tak lama kemudian kabar tersebut diberitakan oleh media-media internasional.
Panic buying parasetamol bahkan terjadi di Taiwan. Di sana, Panadol—yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktif utama—mengalami lonjakan permintaan sejak Desember 2022. Toko-toko farmasi di Taiwan sampai memesan 100 boks Panadol sekaligus, meski distributor lalu membatasi pengiriman menjadi 20 boks saja.
Kondisi genting di China terjadi karena lonjakan COVID-19 di negeri itu. China yang merupakan produsen dan eksportir obat-obatan terbesar di dunia bahkan mempertimbangkan untuk mengimpor obat flu dari negara lain.
Hal tersebut menandakan bahwa situasi kesehatan di Negeri Tirai Bambu itu benar-benar di luar batas kewajaran. Data WHO menunjukkan, terdapat lonjakan 2 juta kasus COVID-19 di China sejak Oktober sampai Desember 2022. Angka itu bahkan masih terus bertambah seiring pergantian tahun.
Pada pekan pertama Januari 2023 saja, sebanyak 70% penduduk Shanghai terinfeksi COVID-19. RS Ruijin, salah satu fasilitas kesehatan paling populer di Shanghai, pun nyaris kewalahan. Setiap hari rumah sakit itu kedatangan 100 ambulans yang membawa pasien bergejala COVID-19.
Tak pelak, permintaan obat-obatan di dalam negeri China meningkat tajam. Pada saat yang sama, para pegawai di industri farmasi China juga bukannya kebal dari serangan COVID-19. Produksi obat-obatan juga tersendat karena banyak pegawai mereka sakit.
“Laju perkembangan epidemi di sebagian wilayah China baru-baru ini memengaruhi tingkat kehadiran staf di sejumlah produsen [obat] yang berujung pada penundaan pasokan beberapa produk di pasar domestik maupun luar negeri…” ujar Juru Bicara Kedutaan Besar China di Indonesia dalam penjelasan tertulis kepada kumparan, Jumat (6/1).
Kedutaan China menekankan, penundaan pasokan tersebut hanya bersifat sementara dan telah dibicarakan dengan para mitra di dalam dan luar negeri. Otoritas China kini mengerahkan segala upaya untuk memberikan lebih banyak sokongan kepada industri farmasi mereka yang memproduksi bahan baju obat-obatan anti-epidemi.
“Kami mendukung mereka meningkatkan kapasitas produksi secepat mungkin, dan meyakini kapasitas produksi itu akan segera kembali normal,” kata Jubir Kedutaan China.
Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan, Agusdini Banun Saptaningsih, menjelaskan bahwa kebutuhan bahan baku obat (BBO) parasetamol di Indonesia normalnya sekitar 7.500–8.000 ton per tahun. Namun, pada 2020–2022, angka tersebut naik menjadi 12.000–14.000 ton karena pandemi COVID-19.
“Impor BBO parasetamol merupakan salah satu impor BBO yang terbesar, baik secara volume maupun value,” ujar Banun kepada kumparan, Sabtu (7/1). Dan China merupakan importir bahan baku obat terbesar di dunia.
Jubir Kedutaan China di Indonesia menyatakan, perusahaan-perusahaan farmasi China memang memiliki kapasitas produksi yang kuat. Terdapat 986 perusahaan domestik China yang mengantongi izin untuk memproduksi parasetamol, dan 446 lainnya yang mempunyai izin memproduksi ibuprofen—obat yang memiliki fungsi mirip parasetamol, yakni sebagai pereda nyeri dan penurun demam.
Dari 986 produsen parasetamol di China, 111 di antaranya baru mulai beroperasi pada 2021 saat dunia dicengkeram pandemi COVID-19. Kapasitas produksi obat di China itu pun kini terus ditingkatkan secara bertahap.
“Shandong Xinhua Pharmaceutical Co., satu dari dua produsen utama ibuprofen di China, mempunyai kapasitas produksi bahan baku 8.000 ton per tahun… Sementara Anqiu Lu’an Pharmaceutical Co. dapat memproduksi hampir 30.000 ton bahan baku parasetamol,” terang Jubir Kedutaan China untuk RI.
Dengan kemampuan tersebut, China dapat memenuhi 65% kebutuhan bahan baku parasetamol secara global. Sementara India berada di peringkat dua dengan memasok 25% BBP parasetamol di pasar dunia.
Bahan baku parasetamol biasanya dipasok dalam bentuk tepung. Sesampainya di Indonesia, tepung itu lantas diolah menjadi parasetamol. Menurut GP Farmasi, stok bahan baku tersebut masih aman sampai tiga bulan ke depan, April 2023.
Stok yang ada di Indonesia saat ini merupakan kelebihan simpanan bahan baku yang diimpor dari China pada Oktober–November 2022.
“Masih banyak karena importir memesan lebih, mengantisipasi jika COVID masih tinggi. Ternyata sekarang PPKM dicabut dan alhamdulillah COVID di Indonesia turun. Jadi stok yang ada saat ini sebenarnya overstock,” papar Elfiano, Direksi GP Farmasi.
Senada dengan ucapan Jubir Kedutaan China, GP Farmasi menyebut bahwa pemerintah China menjamin pasokan bahan baku obat ke Indonesia akan segera mengalir kembali.
“Mereka menjamin Maret mulai kirim lagi. Saat ini [Indonesia pakai] stok yang diorder pada 2022 dan disimpan di gudang importir maupun gudang industri farmasi,” ucap Elfiano.
Di pasar Indonesia, sejauh ini peredaran parasetamol tidak terganggu. Stok masih cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tak ada pula lonjakan permintaan parasetamol seperti yang terjadi di China karena situasi pandemi di Indonesia yang terkendali.
Walaupun stok aman, ketergantungan Indonesia akan impor bahan baku obat menjadi sorotan sejumlah pihak. Apalagi, persoalan ini rutin mengemuka tiap tahun, seolah sulit bagi Indonesia untuk memiliki industri farmasi yang mandiri.
“90% bahan obat kita impor, loh. Isu ini harus segera diselesaikan,” kata anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo.
Kalau saja China dan Indonesia mengalami lonjakan COVID-19 secara bersamaan, maka besar kemungkinan krisis bahan baku obat akan terjadi di Indonesia.
Ironisnya, menurut Rahmad, Indonesia sesungguhnya juga punya bahan mentah obat di alam. Lantas, mengapa Indonesia hanya bergantung pada impor China? Apa masalahnya dan sampai kapan Indonesia akan terus mengimpor bahan baku obat? Simak lebih lanjut laporan berikut.