Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pasukan Anjing K-9 Bea Cukai, Penjaga Pintu Masuk Bangsa
13 Januari 2017 6:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Hop! Hop! Hop!
Suara Dimas Gustiyananda terdengar ‘bulat’, jelas dan lantang. Spontan saja Dee meloncat penuh energi mengikuti perintah untuk mengambil handuk warna biru yang dilemparkan.
ADVERTISEMENT
Ketika Dee berhasil memungut benda itu, Dimas memujinya dengan kalimat, ”Good job! Good booooy!”
Tidak cuma Dee saja yang biasa berlatih "lempar dan tangkap" bersama sang pawang (dog handler), tapi juga ada Roxy dan Queen. Latihan yang biasa mereka lakukan antara lain berlarian meloncati rintangan dan mencari objek yang disembunyikan di banyak laci.
Dee, Roxy dan Queen adalah tiga dari 47 anjing pelacak Unit K-9 Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan yang berbasis di Jalan A Yani, Rawangan, Jakarta Timur. Bersama Unit Customs Narcotic Team (CNT) Bea Cukai, mereka adalah penjaga pintu masuk bangsa yang bertugas di bandara, pelabuhan maupun kantor pos.
Berkat penciuman tajam mereka — ketajamannya 7 kali dari penciuman manusia — banyak kasus penyelundupan narkotika, psikotropika dan prekursor (NPP) terkuak. Barang haram yang diselundupkan di tempat yang tidak terduga seperti di lipatan terpencil kopor hingga yang dimasukkan ke perut dengan cara ditelan, mampu mereka endus dengan jitu.
ADVERTISEMENT
Selain hidung yang tajam, ada keunggulan lain mengapa Bea Cukai memanfaatkan anjing untuk menangkis masuknya NPP. Pertama, anjing memiliki mobilitas tinggi dibanding mesin pendeteksi yang cenderung stagnan. Mereka bisa berlari dari ujung ke ujung untuk mengendus bagasi, mencium di sela-sela kursi, atau pun tempat yang mesin agak susah bermanuver.
Kedua, anjing memberi efek psikologis bagi seseorang yang berniat buruk sehingga akan membuat takut dan memicu gesture yang mencurigakan. Gerak-gerik yang mencurigakan ini membantu petugas melakukan profiling terhadap orang-orang yang diindikasikan sedang membawa barang haram.
ADVERTISEMENT
Bertugas Hingga 8 Tahun
Unit K-9 Bea dan Cukai berdiri tahun 1981 berkat kerja sama dengan pihak Australia. Seiring waktu, unit ini kian berkembang dari Jakarta hingga ke Medan, Batam, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan Denpasar.
Anjing-anjing diseleksi dengan ketat. Sejak awal ras labrador, golden retriever, dan beagle dipilih karena pertimbangan iklim, keramahan dan kemudahan untuk dilatih.
"Anjing-anjing ini memang indra penciumannya tajam. Manusia kalau mencium bau sop, ya dia hanya mencium sop saja. Berbeda dengan anjing, dia bisa mencium vetsinnya, rempahnya, kuahnya. Mereka bisa membedakan. Makanya kalau ada komposisi obat yang memiliki beragam jenis bau, dia bisa membedakan saat itu juga,” jelas Irul, instruktur anjing Unit K-9 Bea dan Cukai, saat berbincang dengan kumparan, Kamis (12/1).
ADVERTISEMENT
Mereka dilatih oleh pawang (dog handler) sejak umur satu tahun. Mereka dibedakan menjadi dua, yaitu anjing yang cenderung aktif dan pasif. Anjing yang pasif dilatih jika mencium sesuatu yang mencurigakan, maka dia langsung duduk. Sedangkan anjing aktif, maka dia akan menggaruk-garuk barang mencurigakan tersebut dan menggonggong.
Idealnya mereka bisa bertugas hingga 8 tahun lamanya. Tak sedikit pula anjing yang mampu bertugas hingga umurnya mencapai 9 tahun. Setelah mencapai usia tak produktif di atas 9 tahun, Unit K-9 tetap merawat para anjing "pensiunan" tersebut.
"Sebenarnya kalau sudah tua seperti itu secara peraturan bisa diusulkan untuk dihapuskan dari status sebagai aset negara. Kita ada tempat tersendiri untuk mereka yang pensiun. Umurnya berkisar 10-12 tahun," ujar pria yang biasa disapa Irul itu.
ADVERTISEMENT
Di Unit K-9 ada 28 pawang yang melatih 47 ekor anjing dengan rincian 37 labrador, 4 beagle dan sisanya golden retriever. Setiap hari pawang melatih anjing sejak pagi. Pawang dan anjing harus siaga 24 jam memenuhi panggilan tugas.
Materi pelatihan selain mengenali barang incaran yang harus ditemukan, juga mengajak anjing-anjing itu melatih otot dengan berlari berkejaran dan “bermain” lempar dan tangkap. Hubungan anjing dan pawang harus akrab agar mereka saling memahami dan mudah bekerja sama.
Karena harus menjadi partner berlari anjing, jelas pawang harus memiliki stamina prima. Pawang juga memiliki bahasa komunikasi khusus dengan mitra kerjanya tersebut yang kadang-kadang orang awam tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Suara pawang harus “bulat” dan bertenaga untuk membuat anjing-anjing bersemangat menuruti perintah.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk merawat hewan berkaki empat itu. "Kisarannya per makan, perawatan, latihan, dan sakit untuk satu ekor anjing bisa Rp 3-4 juta per bulan. Ini baru satu anjing lho, ya," ujar Irul.
Nantikan kisah K-9 Bea Cukai selanjutnya!