Patung Jenderal Hoegeng Berdiri Tegak di Polrestabes Medan, Apa Maknanya?

23 Juli 2024 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Jenderal Hoegeng di Polrestabes Medan. Foto: Dok. Polda Sumut
zoom-in-whitePerbesar
Patung Jenderal Hoegeng di Polrestabes Medan. Foto: Dok. Polda Sumut
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suasana Polrestabes Medan sore itu terasa berbeda. Di bawah terik matahari menjelang senja, pandangan tertuju pada satu patung yang berdiri tegap di samping sang Merah Putih yang berkibar, di lapangan apel.
ADVERTISEMENT
Sejenak bertanya, siapa sosok dalam wujud patung setinggi 2,8 meter itu?
Wajah patung tampak tak asing. Patung itu terukir dengan pakaian lengkap polisi. Selidik punya selidik, patung itu adalah eks Kapolri Hoegeng Imam Santoso.
Patung ini baru saja berdiri. Patung itu ternyata diresmikan pada Senin (22/3) kemarin. Diresmikan oleh Kapolda Sumut Komjen Agung Setya Imam.
Patung Jenderal Hoegeng di Polrestabes Medan. Foto: Dok. Polda Sumut
“Dengan berdirinya monumen ini di Polda Sumatera Utara, khususnya Polrestabes Medan, ini kita punya ikon kebanggaan,” kata Agung.
Spirit seorang Hoegeng, Kapolri Pertama yang dikenal jujur dan berintegritas itu patut diteladani bagi seluruh insan Bhayangkara.
"Dalam sosok Pak Hoegeng terkandung nilai kejujuran, keberanian, kesederhanaan, dan sebagainya,” kata dia.
“Ini adalah inspirasi yang harus kita bangkitkan di kita semuanya dan diharapkan memberikan motivasi memunculkan Hoegeng-Hoegeng yang lain," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Hoegeng adalah satu teladan dan tokoh yang terkenal jujur dan anti korupsi.
Ia menjabat sebagai Kapolri yang bertugas dari tahun 1968-1971. Kala menjabat, Hoegeng terkenal tidak mempan disuap.
Baginya, lebih baik hidup melarat dari pada menerima suap atau korupsi.
Selain itu, Hoegeng juga dikenal dengan kata-kata mutiaranya yang berbunyi:
“Baik menjadi orang penting, tapi lebih penting menjadi orang baik”
Dalam historisnya, Hoegeng selalu menolak tawaran suap. Mulai dari pejabat hingga bandar judi di tempatnya bertugas.
Salah satu contohnya adalah ketika Hoegeng mendapatkan tugas untuk memberantas judi di Sumut.
Pada saat mendapat perintah pindah tugas ke Sumatera Utara tahun 1955, Hoegeng mendapat tugas berat untuk memberantas penyelundupan dan perjudian di sana.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, baru saja Hoegeng mendarat di Pelabuhan Belawan, utusan seorang bandar judi sudah mendekatinya.
Utusan itu menyampaikan selamat datang untuk Hoegeng. Tapi, utusan itu juga mengatakan bahwa bandar judi itu sudah menyediakan rumah dan mobil yang dikumpulkan oleh beberapa pengusaha.
Namun, eks Dirjen Imigrasi tahun 60-an itu menolak dengan halus. Dia memilih tinggal di Hotel De Boer menunggu sampai rumah dinasnya tersedia.
Bahkan saat rumah dinasnya sudah tersedia, rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, hingga sofa mahal.
Ternyata di balik barang mewah itu, itu lagi-lagi hadiah dari para bandar judi.
Lantas, Apa tindakan Hoegeng? Dia memerintahkan ajudannya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu.
Sikap Hoegeng yang seperti inilah yang menjadikan ia sebagai kiblat Polri. Sehingga, dengan hadirnya patung Hoegeng di Polrestabes Medan dapat menjadi inspirasi bagi para insan Bhayangkara di sana.
ADVERTISEMENT