Patung Naga Viral di Bandara YIA Dibuat dari Limbah Daur Ulang Rongsokan

1 Januari 2022 16:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patung Naga di Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Foto: Mustofa B Nahrawardaya
zoom-in-whitePerbesar
Patung Naga di Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Foto: Mustofa B Nahrawardaya
ADVERTISEMENT
Seniman asal Bantul, DIY, Tri Suharyanto buka suara soal proses pembuatan patung Naga yang viral di Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Patung bernama Naga Jalur Sutra tersebut belakangan ini memang menjadi ramai di media sosial.
ADVERTISEMENT
Tri memaparkan, bahan yang digunakan 90 persen merupakan limbah daur ulang yang ia beli dari toko rongsokan. Didominasi oleh besi galvanis.
"Kalau dibuka itu bahannya ada yang bekas kulkas, mobil rongsokan, plat-plat yang dijual kiloan, sehingga kami mendaur ulang sesuatu yang sudah tidak difungsikan," ungkapnya kepada kumparan, Sabtu (1/22).
Karena bahan rongsokan yang ditemukan tidak dapat dipesan, maka tebal dan tipisnya juga berbeda-beda.
Ilustrasi patung naga yang terletak di Bandara Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Foto: Dok. Istimewa
Proses pengerjaannya membutuhkan waktu hampir 1,5 tahun. Sejak 2015, ia menggarap patung Naga tersebut hingga akhir 2016. Kemudian ditampilkan pada pameran tunggalnya di Taman Budaya Yogyakarta.
Jika ditotal, karya naga tersebut menghabiskan uang senilai ratusan juta. Meskipun menggunakan barang rosok, namun energi dan waktu pengerjaan tidak dapat dipungkiri paling banyak dikuras.
ADVERTISEMENT
Karya Naga Jalur Sutra miliknya juga dipamerkan di YIA secara gratis. Ia mengaku tidak menarik biaya sepersen pun dari pihak bandara.
Sebab, setelah karyanya dinikmati masyarakat itu menjadi pencapaian dan memberikannya kepuasan. Sebelumnya, karya itu hanya dinikmati oleh golongan tertentu yang mengerti seni atau menyukai karya seni rupa saja.
Tri menjelaskan makna dari patung naga itu merupakan simbol mitologi dalam penjelajahan dunia. Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus, tidak menutup kemungkinan, menurutnya, orang-orang nusantara telah melakukan ekspedisinya.
Untuk itu, ia ingin kembali menumbuhkan semangat ke-nusantara-an yang saat ini sudah mulai keropos. Ia ingin karyanya dapat menggugah kembali ingatan mitos dan membangkitkan keinginan untuk mempelajari sejarah nusantara.
Ia menghargai kritik dan opini publik soal karya seninya. Namun ia berharap masyarakat dapat mengapresiasi karya seni tanpa harus menyangkutpautkannya dengan politik-politik tertentu.
ADVERTISEMENT
Serta, ia berharap masyarakat dapat kembali menumbuhkan nilai gotong-royong dan mengapresiasi karya seni lokal.
"Apa pun sebuah karya, mari diapresiasi, ada tawaran berpikir bersama, menginterpretasikan secara bebas tapi jangan meng-stigma karya seni sebuah kepentingan politis," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, patung naga di Bandara YIA viral dan jadi perhatian publik usai politikus dari Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya, mengunggahnya di Twitter.
Dalam cuitannya, Mustofa menyinggung soal pemilihan patung naga di Bandara YIA dan bukan lambang nasionalisme seperti burung garuda.