Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Patungan Pengganti Nanggala & Gotong Royong Beli Pesawat dari Warga untuk Negara
28 April 2021 15:14 WIB
ADVERTISEMENT
Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menyebabkan jumlah kapal selam milik Indonesia berkurang. Kini, hanya tersisa empat kapal selam. Dari musibah itu, Ustaz Abdul Somad (UAS ) mengajak publik untuk patungan membeli kapal selam pengganti Nanggala-402.
ADVERTISEMENT
Harga kapal selam pengganti ditaksir Rp 1,5 triliun hingga 5,8 triliun. Dalam mengumpulkan donasi untuk pembelian kapal selam itu, UAS menggandeng Masjid Jogokariyan Yogyakarta.
"Lautan kita yang membentang luas melebihi daratannya, dari Samudera Indonesia di barat Aceh hingga perairan Papua merupakan bagian dari wilayah negeri kita yang harus dijaga dan dilindungi, beserta kekayaan tak ternilai yang ada di dalamnya," tulis UAS dalam akun Instagramnya.
Inisiatif UAS dinilai sebagai bentuk kepedulian pada bangsa dan wujud patriotisme.
Meski begitu, sejumlah pihak menilai penggalangan donasi ini merupakan kritik bagi pemerintah terkait peremajaan alutsista (alat utama sistem senjata TNI).
Patungan warga untuk disumbangkan bagi negara bukan kali pertama. Setidaknya ada dua inisiasi yang telah dilakukan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pertama adalah pembelian Pesawat Dakota RI-001 Seulawah pada 1948 yang menjadi cikal bakal Garuda Airlines. Lalu, pada 2017, donasi untuk menerbangkan pesawat R80 yang didesain oleh BJ Habibie.
Pesawat Dakota RI-001
Dikutip dari laman TNI AU, penggalangan dana untuk pembelian pesawat Dakota RI-001 merupakan ide dari KSAU Komodor Udara S. Suryadarma.
Lalu, penggalangan donasi itu diserahkan ke Biro Rencana dan Propaganda pimpinan Opsir Muda Udara II Wiweko Soepono yang dibantu oleh Opsir Muda Udara III Nurtanio Pringgodisuryo.
Aceh dipilih sebagai lokasi untuk mengkampanyekan penggalangan dana pembelian pesawat itu. Salah satu alasannya adalah potensi kekayaan dan letak geografis dari pulau tersebut.
Untuk menarik perhatian massa, Presiden Soekarno pun berpidato di Hotel Aceh Kutaraja pada 16 Juni 1948.
ADVERTISEMENT
Dalam waktu dua hari, masyarakat Aceh berhasil menyumbangkan 130.000 straits dollar. Wiweko Supeno ditunjuk sebagai ketua misi pembelian pesawat tersebut. Pesawat itu tiba di Indonesia pada Oktober 1948.
Pada 6 Desember 1948, pesawat tersebut terbang ke Calcuta, India, untuk menjalani perawatan mesin. Pesawat itu diterbangkan oleh Opsir Muda Udara III Adi Sumarmo bersama dengan empat saudagar Aceh.
Setelah dirawat, pesawat itu layak beroperasi pada 20 Januari 1949. Akan tetapi, pesawat itu tidak bisa kembali ke Tanah Air karena perang yang bergejolak. Hingga kemudian, AU mengoperasikan pesawat dari luar negeri dengan jalur pesawat komersil.
Awalnya, pesawat itu akan terbang dari India langsung ke Indonesia. Akan tetapi, di negara tersebut, telah ada perusahaan yang melayani penerbangan dalam negeri. Hingga kemudian, penerbangan dialihkan ke Birma.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, AU mulai mengurus operasi pesawat komersil. Opsir Udara II Wiweko Supeno dibantu Marjuni (perwakilan RI di Birma) mendirikan Indonesian Airways yang berpangkalan di Rangoon, Birma (sekarang Yangoon, Myanmar-Red), pada 26 Januari 1949.
Pada tanggal tersebut, RI-001 Seulawah melakukan penerbangan sebagai pesawat komersil.
Asa Terbangkan Pesawat R80
Pada 2017, PT Regio Aviasi Industri (RAI) mengajak warga Indonesia untuk menggalang dana dalam pembuatan Pesawat R80 karya BJ Habibie melalui platform kitabisa.com. RAI didirikan oleh Habibie bersama anaknya, Ilham Habibie, pada 2012.
RAI menuliskan, pembuatan prototype Pesawat R80 mencapai lebih dari Rp 200 miliar. Sementara itu, untuk pengembangan usaha mencapai Rp 20 triliun. Hingga Rabu (27/4), sebanyak Rp 9.539.465.025 telah terkumpul untuk pembiayaan pesawat tersebut.
ADVERTISEMENT
Komisaris PT RAI, Ilham Habibie, mengatakan, penggalangan dana itu sebagai wujud dukungan rakyat dalam pengembangan pesawat tersebut.
“Itu tujuannya lebih ke pembuktian dukungan. Karena tak akan mungkin kita danai proyek pesawat melalui crowdfunding,” ujar Ilham pada 2017 lalu.
Dia mengungkapkan ada beberapa investor yang tertarik mendanai proyek pembuatan pesawat R80. Namun dia enggan merinci siapa saja investor tersebut.
“Tapi saya lebih menyebutnya risk and revenue sharing partner, bukan investor. Misal seperti Boeing bekerja sama dengan Jepang untuk ongkos pengembangan sayap. Nanti Jepang akan mendapat untung dari penjualan produk Boeing, kalau tidak laku ya sudah,” kata Ilham.
Pada Mei 2020, pemerintah mengeluarkan R80 dari Proyek Strategis Nasional (PSN) hingga 2024. Meski demikian, pemerintah tetap mendukung pengembangannya.
Spesifikasi Pesawat R80
Jumlah Penumpang: 80 hingga 92
ADVERTISEMENT
Kecepatan
Ketinggian
Kinerja
Tenaga Penggerak
Berat
Update terakhir, sembilan bulan yang lalu, RAI tengah melakukan rencana marketability study untuk konfigurasi pesawat R80, sesuai perkembangan kebutuhan airlines setelah merebaknya COVID-19.