Paus Fransiskus Berikan Hak Suara kepada Wanita pada Pertemuan Uskup Global

27 April 2023 15:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus berpose dengan para biarawati dalam audiensi umum mingguan pada 18 Januari 2023 di aula Paul-VI di Vatikan. Foto: Alberto Pizzoli/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus berpose dengan para biarawati dalam audiensi umum mingguan pada 18 Januari 2023 di aula Paul-VI di Vatikan. Foto: Alberto Pizzoli/AFP
ADVERTISEMENT
Sebuah terobosan bersejarah terjadi di Vatikan. Paus Fransiskus untuk pertama kalinya akan mengizinkan biarawati ikut memberikan suara, dalam pertemuan internasional para uskup di dunia yang digelar Oktober 2023 mendatang.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari BBC, peraturan terbaru ini diumumkan pada Rabu (26/4). Adapun di dalamnya tercakup pemberian hak suara kepada lima biarawati untuk memberikan suara pada sinode — badan penasihat kepausan.
Selama ini, biarawati tidak memiliki hak memberikan suara. Mereka hanya diizinkan untuk menghadiri pertemuan uskup internasional sebagai pengamat. Para pria masih akan memberikan mayoritas suara dalam pertemuan yang berpengaruh tersebut.
Terobosan Paus Fransiskus dipandang sebagai perubahan signifikan bagi Gereja Katolik, yang selama berabad-abad didominasi oleh pria.
Dalam terobosan lebih lanjut terhadap tradisi itu pula, paus yang telah memperjuangkan reformasi ini mengumumkan hak suara sekaligus akan diperluas kepada 70 anggota komunitas religius non-klerus yang dipilih secara langsung.
Langkah itu bertujuan untuk menjauhkan sinode dari hanya sebatas pertemuan hierarki Gereja saja. Paus Fransiskus berharap, setengah dari jumlah anggota itu adalah perempuan atau kaum pendeta muda.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah perubahan penting, ini bukan revolusi,” kata penyelenggara utama sinode, Kardinal Jean-Claude Hollerich.
Secara terpisah, koresponden Vatikan untuk publikasi berita Katolik ‘The Tablet’, Christopher Lamb, berpendapat bahwa perubahan terbaru itu sangat signifikan. Dia menilainya sebagai upaya Paus Fransiskus untuk membuat keputusan tentang masa depan Gereja yang lebih inklusif.
“Reformasi mengenai perempuan mencerminkan dialog yang belum pernah terjadi sebelumnya mengenai masalah representasi perempuan yang telah terjadi selama beberapa waktu,” terang Lamb.
Namun, Lamb memperkirakan bahwa Paus Fransiskus akan menghadapi pertentangan yang signifikan dari beberapa bagian Gereja atas keputusan terbarunya tersebut.