Paus Fransiskus: Kadang Ketegangan di Negara Timbul Imbas Penguasa Paksakan Visi

4 September 2024 17:45 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus disambut Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana Kepresidenan Merdeka, dalam kunjungan apostoliknya ke Asia, di Jakarta, Indonesia, 4 September 2024.  Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus disambut Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana Kepresidenan Merdeka, dalam kunjungan apostoliknya ke Asia, di Jakarta, Indonesia, 4 September 2024. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus menyampaikan pandangannya saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (4/9). Ia menyebut penguasa paksakan visi mereka bisa picu konflik.
ADVERTISEMENT
"Kadang-kadang, ketegangan-ketegangan dengan unsur kekerasan timbul di dalam negara-negara karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan segala sesuatu dengan memaksakan visi mereka," kata Paus Fransiskus.
"Bahkan dalam hal-hal yang seharusnya diserahkan kepada otonomi individu-individu atau kelompok-kelompok yang berkaitan," imbuhnya.
Kata Paus, terlebih, terlepas dari kebijakan-kebijakan yang mengesankan, terdapat juga kurangnya komitmen yang berorientasi ke depan untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan sosial.
"Akibatnya, sebagian besar umat manusia terpinggirkan, tanpa sarana untuk menjalani hidup yang bermartabat dan tanpa perlindungan dari ketimpangan sosial yang serius dan bertumbuh, yang memicu konflik-konflik yang parah," jelas dia.
Dalam konteks-konteks lainnya, lanjut Paus, masyarakat percaya bahwa mereka dapat atau boleh mengabaikan kebutuhan untuk memohon berkat Tuhan. Mereka menilainya sebagai sesuatu yang dangkal bagi manusia.
ADVERTISEMENT
"Sebaliknya, mereka memajukan usaha-usaha mereka sendiri, tapi kerap kali hal ini mengantar mereka kepada pengalaman frustrasi dan kegagalan. Meski demikian, ada masa-masa ketika iman kepada Allah terus menerus diletakkan di garis depan, tapi sayangnya dimanipulasi untuk menciptakan perpecahan dan meningkatkan kebencian," tuturnya.
"Dan bukan untuk memajukan perdamaian, persekutuan, dialog, rasa hormat, kerja sama dan persaudaraan," tutup dia.