Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus meminta agar tidak ada lagi pertumpahan darah di Myanmar. Perseteruan antara junta militer dan pengunjuk rasa akibat kudeta membuat 180 pengunjuk rasa tewas.
ADVERTISEMENT
Paus menyampaikan hal itu usai menggelar audiensi umum mingguannya di perpustakaan Vatikan. Pertemuan itu dilakukan secara virtual karena berlangsung di tengah pandemi.
“Sekali lagi dan dengan banyak kesedihan saya merasakan urgensi untuk berbicara tentang situasi dramatis di Myanmar, di mana banyak orang, kebanyakan dari mereka yang masih muda, kehilangan nyawa mereka untuk menawarkan harapan kepada negara mereka,” kata Paus dikutip dari Reuters, Kamis (18/3).
Paus menggambarkan apa yang telah dilakukan para pendemo. Ia mengatakan, "Bahkan saya berlutut di jalan-jalan Myanmar dan berkata 'hentikan kekerasan.' Bahkan saya membuka tangan saya dan berkata 'Biarkan dialog menang'.”
Ia mungkin merujuk pada video dan foto seorang biarawati Katolik yang memohon dan berlutut agar pasukan keamanan tidak menembak para pengunjuk di kota Myitkyina, Myanmar, minggu lalu. Keduanya menjadi viral di Internet.
ADVERTISEMENT
Biarawati itu, Suster Ann Rose Nu Tawng, kepada wartawan ia mengatakan telah memberi tahu polisi untuk mengampuni anak-anak dan menembaknya sebagai gantinya.
Ada kurang dari 800.000 Katolik Roma di negara yang mayoritas beragama Buddha tersebut.
Paus, yang mengunjungi Myanmar pada 2017, mengatakan darah tidak menyelesaikan apa pun. "Dialog harus menang," kata Paus.
Pemimpin Katolik Roma Myanmar Charles Maung Bo, juga menyerukan diakhirinya pertumpahan darah.