Paus Fransiskus Minta Maaf Atas Pelecehan Gereja ke Penduduk Asli Kanada

26 Juli 2022 9:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus menghadiri doa hening di pemakaman selama pertemuannya dengan komunitas adat First Nations, Metis dan Inuit di Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus menghadiri doa hening di pemakaman selama pertemuannya dengan komunitas adat First Nations, Metis dan Inuit di Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus menyampaikan permintaan maaf atas kekerasan seksual dan genosida budaya di sekolah-sekolah asrama bagi penduduk asli Kanada yang dikelola Gereja Katolik pada Senin (25/7/2022).
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus berpidato di lokasi salah satu sekolah asrama itu di Kanada. Melalui kebijakan asimilasi paksa, anak-anak penduduk asli dikirim ke sekolah-sekolah tersebut.
Paus berusia 85 tahun itu lantas meminta maaf di hadapan masyarakat adat. Mereka berasal dari bangsa First Nations, Metis, dan Inuit. Sebagian dari kerumunan itu merupakan penyintas tragedi tersebut.
"Saya meminta maaf," ujar Paus Fransiskus, dikutip dari AFP, Selasa (26/7/2022).
"Saya dengan rendah hati memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan oleh begitu banyak orang Kristen terhadap masyarakat adat," sambung dia.
Paus Fransiskus menyapa umat di luar gereja setelah pertemuan dengan masyarakat adat dan anggota Komunitas Paroki Hati Kudus di Edmonton, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Paus Fransiskus mengutip kekerasan fisik, verbal, psikologis, dan spiritual yang melanda selama beberapa dekade. Dia mengaku merasakan sakit dan penyesalan yang mendalam atas hal itu.
Saat dia berbicara, emosi itu menyebar pula pada wajah komunitas pribumi di Maskwacis. Para penduduk asli tersebut menyambut permohonan pengampunan Paus Fransikus.
ADVERTISEMENT
Ratusan orang menghadiri pidatonya mengenakan pakaian tradisional. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dan Gubernur Jenderal Kanada, Mary Simon, turut hadir.
Sebagian orang terlihat menunduk dan menyeka air mata mereka. Adapun orang-orang yang memeluk satu sama lain.
Maskwacis memiliki salah satu sekolah asrama penduduk asli terbesar, Ermineskin. Institusi itu ditutup pada 1975.
Gereja Katolik mengelola ratusan sekolah asrama semacam itu di seluruh Kanada. Pemerintah Kanada mengirimkan sekitar 150.000 anak ke 139 sekolah dari akhir 1800-an hingga 1990-an.
Paus Fransiskus bertemu dengan masyarakat adat First Nations, Metis dan Inuit di Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Anak-anak itu dipisahkan dari keluarga, bahasa, dan budaya mereka. Banyak di antara mereka bahkan mengalami pelecehan fisik dan seksual. Ribuan murid kemudian tewas akibat penyakit, kekurangan gizi, dan penelantaran.
Sejak Mei 2021, otoritas menemukan lebih dari 1.300 kuburan tak bertanda di lokasi-lokasi bekas sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum pidato Paus Fransiskus, para penduduk asli melaksanakan upacara bagi para korban. Mereka membawa spanduk sepanjang 50 meter yang mencantumkan sekitar 4.120 nama-nama korban.
"Saya hanya bisa membayangkan upaya yang harus dilakukan bahkan untuk memikirkan rekonsiliasi," ungkap Paus Fransiskus.
"Tidak ada yang bisa menghilangkan perampasan martabat, kejahatan, pengkhianatan kepercayaan. Atau menghilangkan rasa malu kami sendiri, sebagai penganut agama," lanjutnya.
Paus Fransiskus menerima hiasan kepala dari penduduk asli selama kunjungannya ke Maskwacis, Alberta, Kanada 25 Juli 2022. Foto: REUTERS/Todd Korol
Paus Fransiskus mengadakan kunjungan enam hari ke Kanada. Setelah dari Maskwacis, dia akan merayakan Misa di Edmonton.
Paus Fransiskus kemudian akan singgah di tempat ziarah tahunan utama di Kanada, Lac Sainte Anne. Dia akan melanjutkan perjalanan ke Quebec untuk merayakan Misa di Basilica of Sainte-Anne-de-Beaupré.
Paus Fransiskus kemudian mengakhiri perjalanannya di Iqaluit pada Jumat (29/7/2022) sebelum kembali ke Roma. Dia menggambarkan kunjungan itu sebagai ziarah penitensi atau pertobatan.
ADVERTISEMENT
Meskipun sebagian menyambut baik, kunjungannya juga menjadi sumber kontroversi bagi sejumlah orang.
"[Kunjungannya] sangat berarti bagi saya," kata anggota Muskeg Lake Cree Nation, Deborah Greyeyes.
"Saya pikir kami juga harus memaafkan, pada suatu saat. Tetapi, banyak yang diambil dari kami," imbuh wanita berusia 71 tahun itu.