Paus Fransiskus Tiba di Kongo, Kecam Eksploitasi Benua Afrika oleh Negara Kaya

1 Februari 2023 13:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Fransiskus berhenti sejenak saat wawancara dengan The Associated Press di Vatikan, Selasa (24/1/2023). Foto: Domenico Stinellis/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Paus Fransiskus berhenti sejenak saat wawancara dengan The Associated Press di Vatikan, Selasa (24/1/2023). Foto: Domenico Stinellis/AP Photo
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus menyerukan agar kekuatan asing dan negara kaya di dunia lainnya berhenti mengeksploitasi sumber daya alam Afrika untuk keserakahan mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal ini dikarenakan selama berabad-abad, berbagai negara di benua ini telah berada di bawah cengkeraman kolonial yang merenggut kekayaan alam — namun menyisakan kesengsaraan bagi seluruh penduduknya.
Seruan itu disampaikan ketika Paus Fransiskus tiba di ibu kota Kongo, Kinshasa, pada Selasa (31/1).
Kedatangannya di bandara disambut meriah oleh warga setempat, mereka bersyukur bahwa Paus Fransiskus datang dan memusatkan perhatian dunia pada penderitaan mereka yang terlupakan akibat dialihkan oleh isu politik dunia yang baru.
Di hadapan para pejabat pemerintah Kongo dan korps diplomatik, Paus Fransiskus berpidato di taman Istana Nasional Kinshasa.
Dia langsung menyampaikan agenda kunjungannya, seraya mengecam eksploitasi di Afrika oleh kekuatan kolonial selama berabad-abad, industri ekstraksi multinasional saat ini, dan negara-negara tetangga yang mencampuri urusan dalam negeri Kongo sehingga pertempuran di bagian timur negara itu pecah.
ADVERTISEMENT
Dia menyebut kekayaan mineral dan alam Kongo yang melimpah sebagai ‘berlian ciptaan’ yang harus dilestarikan dengan baik.
“Racun keserakahan telah mengotori berliannya dengan darah,” kata Paus Fransiskus. “Semoga dunia mengakui bencana yang terjadi selama berabad-abad yang merugikan masyarakat setempat, dan tidak melupakan negara dan benua ini,” imbuhnya.
Paus Fransiskus pun menuntut agar kepentingan asing berhenti merenggut kekayaan alam di negara itu untuk kepentingan mereka sendiri dan mengakui peran mereka dalam ‘perbudakan’ ekonomi rakyat Kongo.
Dia telah lama mengecam bagaimana negara-negara kaya mengeksploitasi sumber daya negara-negara yang lebih miskin untuk keuntungan mereka sendiri tanpa memberikan dampak positif sebagai timbal baliknya.
“Berhentilah mencekik Afrika: Afrika bukanlah tambang yang harus dilucuti atau medan yang harus dijarah,” kecam Paus Fransiskus.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Associated Press, lawatan Paus Fransiskus di benua Afrika yang semula dijadwalkan pada Juli 2022 lalu akan berlangsung selama enam hari. Lawatan sempat tertunda lantaran Paus Fransiskus menderita cedera serius di lututnya.
Cedera lutut itu pun masih dialami oleh Paus Fransiskus saat tiba di Kinshasa, sehingga ia terpaksa menggunakan kursi roda. Pemimpin umat Kristen di dunia itu juga dijadwalkan mengunjungi Sudan serta pemberhentian di Goma — wilayah di bagian timur Kongo.

Pertempuran Sengit dengan Pemberontak Rwanda M23

Namun, pertempuran sengit yang terjadi di dekat Goma, wilayah Kivu Utara, mengakibatkan pemberhentian itu terpaksa ditunda.
Di wilayah tersebut, pasukan pemerintah Kongo dan kelompok pemberontak M23 sedang bertempur, diperparah dengan keterlibatan militan ISIS.
Anggota milisi M23 di Bunagana, Kongo pada tanggal 7 Juni 2012. Foto: Michele Sibiloni/AFP
Menurut Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP), pertempuran di Kivu Utara telah mengakibatkan sekitar 5,7 juta orang mengungsi.
ADVERTISEMENT
Menimpali kecaman Paus Fransiskus, Presiden Kongo Felix Tshisekedi juga menyuarakan hal yang sama, seraya menyinggung soal pertempuran yang pecah di Kivu Utara.Tshisekedi menuding komunitas internasional telah melupakan Kongo dan cenderung acuh tak acuh atas kekejaman yang terjadi di sana. Dia kemudian menyalahkan negara tetangganya, Rwanda, sebagai pelaku di balik kekejaman dan pertumpahan darah tersebut.
Rwanda telah dituduh — dan telah berulang kali membantah — mendukung pemberontak M23 yang beroperasi di Kongo.
“Selain kelompok-kelompok bersenjata, kekuatan-kekuatan asing yang menginginkan mineral-mineral di dalam tanah kita melakukan kekejaman dengan dukungan langsung dan pengecut dari negara tetangga kita, Rwanda, yang menjadikan keamanan sebagai tantangan pertama dan terbesar bagi pemerintah,” kata Tshisekedi.
Kecaman keras yang disampaikan Paus Fransiskus pada kedatangannya di Kongo telah mengawali misi lawatannya ke benua Afrika ini.
ADVERTISEMENT
Tokoh agama tersohor asal Amerika Latin itu bermaksud membawa pesan perdamaian — memperingatkan komunitas internasional untuk tidak memandang Afrika dengan sebelah mata, menekan angka korban tewas tak berdosa akibat perselisihan, dan pengakuan bahwa Afrika adalah masa depan Gereja Katolik.
“Kita tidak bisa terbiasa dengan pertumpahan darah yang telah menandai negara ini selama beberapa dekade, menyebabkan jutaan kematian yang sebagian besar tidak diketahui di tempat lain,” tegas Paus Fransiskus.
Pada saat bersamaan, dia mendesak otoritas Kongo untuk tetap berupaya mencapai perdamaian demi kebaikan kolektif — bukan untuk kepentingan suku, etnis, atau pribadi.
Dia juga menyerukan berakhirnya eksploitasi anak di bawah umur serta menggencarkan investasi di sektor pendidikan, agar ‘berlian paling berharga’ di Kongo, kata Paus Fransiskus, dapat terus bersinar terang.
ADVERTISEMENT