Paus Leo XIV: Saya Merasakan Penderitaan Rakyat Ukraina

12 Mei 2025 14:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paus Leo XIV memberikan salam hormat saat memimpin doa Regina Caeli dari atas balkon Gereja Basilika Santo Petrus di Vatikan, Minggu (11/5/2025). Foto: Remo Casilli/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Paus Leo XIV memberikan salam hormat saat memimpin doa Regina Caeli dari atas balkon Gereja Basilika Santo Petrus di Vatikan, Minggu (11/5/2025). Foto: Remo Casilli/Reuters
ADVERTISEMENT
Pemimpin Vatikan Paus Leo XIV menyerukan perdamaian segera di Ukraina, pada Minggu (11/5). Itu disampaikan Leo XIV saat menyampaikan berkat Minggu pertamanya.
ADVERTISEMENT
Paus Leo XIV terpilih menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma pada Kamis (8/5) pekan lalu. Dia menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada (21/4).
“Saya juga menyampaikan seruan kepada negara-negara adikuasa besar di dunia dengan terus-menerus menyerukan jangan ada lagi perang,” kata Leo XIV dari loggia Basilika Santo Petrus kepada sekitar 100 ribu orang yang hadir di sana.
Selain perdamaian di Ukraina, Paus Leo XIV menyerukan gencatan senjata sesegera mungkin di Gaza.
Paus Leo XIV lalu menekankan, bawah rangkaian konflik dunia saat ini tak ubahnya seperti Perang Dunia Ketiga dalam bentuk kecil. Perkataan Paus Leo XIV itu sama seperti yang pernah disampaikan Paus Fransiskus semasa hidup.
Adapun khusus untuk Ukraina, Paus Leo XIV berharap perdamaian bisa tercapai dalam waktu singkat serta berjalan abadi.
ADVERTISEMENT
"Saya turut merasakan penderitaan rakyat Ukraina yang tercinta. Semoga segala upaya dapat dilakukan untuk mencapai perdamaian sejati, adil, dan abadi sesegera mungkin,” kata Paus Leo XIV.
Perang di Ukraina melawan Rusia pecah ketika Paus Leo XIV masih menjadi uskup di Peru. Saat Rusia pertama kali menyerang Ukraina pada 2022 lalu, pria bernama asli Robert Prevost bertugas di Chiclayo, Peru.
Ketika itu, tepatnya saat diwawancarai televisi lokal Peru, dirinya menyalahkan Rusia yang menyerang Ukraina. Dia bahkan menyebut Rusia sebagai kekuatan imperialis yang berupaya merebut wilayah Ukraina.