news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PBB Benarkan Peluru yang Mengenai Jurnalis Al Jazeera Milik Israel

24 Juni 2022 19:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shireen Abu Akleh, wartawan Al Jazeera yang tewas akibat ditembak di kepala saat meliput serangan Israel di Tepi Barat. Foto: Twitter/@PalestinePDP
zoom-in-whitePerbesar
Shireen Abu Akleh, wartawan Al Jazeera yang tewas akibat ditembak di kepala saat meliput serangan Israel di Tepi Barat. Foto: Twitter/@PalestinePDP
ADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkonfirmasi bahwa peluru yang ditembakkan ke kepala jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, pada 11 Mei silam merupakan milik Israel.
ADVERTISEMENT
Kabar ini disimpulkan berdasarkan hasil informasi yang diperoleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR).
“Semua informasi yang kami kumpulkan konsisten dengan temuan bahwa tembakan yang menewaskan Abu Akleh dan melukai rekannya Ali Sammoudi berasal dari pasukan keamanan Israel, dan bukan dari tembakan sembarangan oleh orang Palestina bersenjata,” kata juru bicara OHCHR Ravina Shamdasani kepada wartawan di Jenewa, pada Jumat (24/6/2022).
“Informasi yang dikumpulkan OHCHR tidak mengungkapkan adanya aktivitas orang-orang Palestina bersenjata di sekitar para jurnalis,” sambung Shamdasani.
Abu Akleh (51), wartawan keturunan Amerika-Palestina itu telah terbukti ditembak mati oleh pasukan bersenjata Israel. Penembakan itu terjadi kala Abu Akleh bersama rekan-rekan medianya sedang berdiri dan meliput pertempuran di Jenin, Tepi Barat, yang diduduki Israel. Abu Akleh tewas dengan mengenakan rompi ‘PRESS’ yang menandakan bahwa dirinya adalah seorang wartawan.
ADVERTISEMENT
Shamdasani menambahkan, hasil penyelidikan OHCHR telah membuktikan Abu Akleh dan rekan-rekan medianya telah melakukan upaya keselamatan untuk terlihat sebagai anggota pers bagi tentara Israel yang berada di jalanan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengucapkan selamat tinggal kepada jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh yang terbunuh dalam serangan Israel di Ramallah di Tepi Barat, Palestina, Kamis (12/5/2022). Foto: Mohamad Torokman/REUTERS
“Para jurnalis mengatakan, mereka memilih jalan samping untuk pendekatan (liputan) mereka guna menghindari lokasi orang Palestina bersenjata di dalam kamp. Mereka berjalan perlahan untuk membuat kehadiran mereka terlihat oleh pasukan Israel yang dikerahkan di jalan,” tutur Shamdasani.
“Temuan kami menunjukkan, tidak ada peringatan yang dikeluarkan dan tidak ada penembakan yang terjadi pada waktu itu dan di lokasi itu (tempat pasukan bersenjata Palestina berada),” sambung dia.
“Beberapa peluru tunggal tampaknya ditujukan dengan baik ditembakkan ke arah mereka (para jurnalis) dari arah Pasukan Keamanan Israel (IDF),” ucap Shamdasani.
ADVERTISEMENT
Shamdasani memaparkan, pada saat kejadian, peluru dari arah IDF terus ditembakkan ke seorang pria tak bersenjata yang mencoba datang membantu Abu Akleh. Pria itu diduga kuat adalah rekan sesama wartawan. Tak hanya itu, IDF juga menembakkan peluru kepada wartawan lain yang berusaha berlindung di balik pohon.
Selama ini, dari pihak Israel enggan melakukan investigasi atas pembunuhan Abu Akleh.
Pada Mei lalu, dilaporkan oleh kantor berita Israel Ha’aretz, Divisi Investigasi Kriminal Polisi Militer Israel percaya penyelidikan yang memperlakukan tentara Israel sebagai tersangka akan mengarah pada perpecahan di dalam masyarakat Israel.
Pasukan keamanan Israel berjaga saat keluarga dan kerabat yang membawa peti mati reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh, saat prosesi pemakamannya di Yerusalem, Jumat (13/5/2022). Foto: Ammar Awad/REUTERS
Sebelumnya, investigasi atas pembunuhan warga Palestina oleh tentara Israel kerap menimbulkan kontroversi di Israel. Pasalnya, banyak warga Israel yang percaya bahwa tentara tidak boleh dituntut atas tindakan seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Alasan untuk ini adalah, mereka harus benar-benar membuka penyelidikan kriminal terhadap seorang perwira atau tentara Israel yang bertugas dalam operasi militer aktif. Itu adalah sesuatu yang menurut politik Israel dalam iklim saat ini benar-benar tidak dapat dipertahankan,” kata reporter Al Jazeera, Imran Khan.
“Pemerintah akan diserang jika penyelidikan itu terjadi. Pihak oposisi akan menggunakannya untuk membuat landasan politik. Juga, umumnya denganj orang Israel sendiri, mereka melihat tentara tidak tersentuh, sebagai pembela Israel dan oleh karena itu apa pun yang mereka lakukan dalam operasi militer tidak dapat disentuh,” jelasnya.