Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
PBB Cari Sumbangan Setara Rp 13 Triliun untuk Bantu Rohingya
14 Maret 2024 19:48 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta sumbangan tambahan untuk pengungsi Rohingya yang tinggal di Bangladesh dengan target USD 852,4 juta atau setara Rp 13 triliun.
ADVERTISEMENT
Dikutip AlJazeera, PBB mengajukan permohonan tersebut untuk menyediakan makanan dan bantuan lainnya. Sumbangan itu kelak akan disalurkan untuk para pengungsi Rohingya, yang sebagian besar beragama muslim, dan beberapa komunitas terkait.
Menurut Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Rabu (13/3), sekitar 95 persen orang Rohingya di Bangladesh tetap bergantung pada bantuan kemanusiaan.
"Solidaritas internasional dengan Bangladesh dan perlindungan pengungsi diperlukan lebih dari sebelumnya ketika konflik di Myanmar memburuk," jelasnya.
PBB juga telah melakukan permohonan serupa di tahun 2023. Mereka mengimbau negara-negara agar menyediakan USD 876 juta untuk membantu Rohingya. Namun pada kenyataannya, hanya diperoleh USD 440 juta.
UNHCR memperingatkan bahwa kekurangan dana yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak serius.
ADVERTISEMENT
Banyak pengungsi yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Lebih dari 75 persen pengungsi yang menerima bantuan adalah perempuan dan anak-anak. Mereka juga menghadapi risiko eksploitasi hingga kekerasan berdasarkan gender yang lebih tinggi.
"Lebih dari setengah pengungsi di kamp-kamp berusia di bawah 18 tahun, terpuruk di tengah-tengah peluang pendidikan, pembangunan keterampilan, dan mata pencaharian yang terbatas," kata UNHCR.
Sumbangan tersebut akan digunakan untuk mengakomodir berbagai kebutuhan, dari makanan, tempat tinggal, akses air minum, hingga pendidikan.
Saat ini banyak warga Rohingya yang ingin melarikan diri dari kamp di Bangladesh. Beberapa telah membahayakan diri dengan mencoba perjalanan menggunakan perahu ke Malaysia dan Indonesia.
Sementara itu, belum ada kemajuan yang signifikan dalam upaya memulangkan para pengungsi ke Myanmar. Hal itu karena Myanmar sedang menghadapi penyelidikan genosida PBB atas insiden tahun 2017.
ADVERTISEMENT