PBB: Hanya Tersisa 1 Rumah Sakit di Jalur Gaza yang Masih Bisa Rawat Pasien

16 November 2023 12:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria berjalan di dalam lokasi rumah sakit Al Shifa selama operasi darat Israel di sekitar rumah sakit, di Kota Gaza, Minggu (12/11/2023). Foto: Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria berjalan di dalam lokasi rumah sakit Al Shifa selama operasi darat Israel di sekitar rumah sakit, di Kota Gaza, Minggu (12/11/2023). Foto: Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Hanya tersisa satu dari total 24 rumah sakit di bagian utara Jalur Gaza yang masih memiliki kapasitas untuk memberikan layanan rawat inap dan merawat pasien terluka.
ADVERTISEMENT
Krisis itu melanda, di tengah semakin intensifnya gempuran Israel di Jalur Gaza dan beredarnya imbauan yang mengusir warga Palestina dari kamp pengungsian bagian selatan wilayah kantong tersebut.
Dikutip dari Al Jazeera, laporan terkini mengenai kondisi rumah sakit di Jalur Gaza ini dihimpun Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), yang dirilis pada Rabu (15/11).
OCHA mengatakan, RS Al-Ahli — yang sempat menjadi sasaran Israel beberapa pekan lalu, adalah satu-satunya rumah sakit beroperasi saat ini di Gaza City.
Warga Palestina mencari perlindungan setelah serangan di dekat rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 1 November 2023. Foto: Bashar Taleb/AFP
"Dari 24 rumah sakit dengan kapasitas rawat inap di bagian utara, hanya satu rumah sakit, Al-Ahli di kota Gaza, yang masih beroperasi dan menerima pasien," bunyi laporan OCHA.
ADVERTISEMENT
Adapun 18 rumah sakit lainnya telah ditutup dan seluruh pasiennya dievakuasi sejak konflik pecah 7 Oktober lalu — termasuk tiga rumah sakit: An-Nasr, Ar-Rantisi, dan Al-Quds, yang baru ditutup tiga hari terakhir.
Sementara itu, lima rumah sakit lainnya — termasuk Al-Shifa, hanya menyediakan layanan medis terbatas dan tidak lagi menerima pasien baru. RS Al-Shifa saat ini menjadi titik gempuran Israel dan dibiarkan tanpa listrik, air, makanan, bahan bakar, ataupun obat-obatan selama berhari-hari.

Serangan ke RS Al-Shifa

Bahkan, Israel mengabaikan hukum humaniter internasional serta kecaman dunia internasional melalui peluncuran serangan ke RS Al-Shifa, di saat ribuan warga sipil masih terjebak di sana pada Rabu (15/11) dini hari.
ADVERTISEMENT
Menurut Israel dan sekutu setianya, Amerika Serikat, Hamas telah menempatkan pusat komando dan penyimpanan senjatanya dalam terowongan bawah tanah di area kompleks Al-Shifa.
"Sebelum serangan militer Israel ke kompleks rumah sakit Shifa, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, pengeboman menghantam dan merusak beberapa bagian rumah sakit, termasuk bagian bedah khusus, unit perawatan kardiologi, dan sebuah gudang," sambung laporan OCHA.
Tenda dan tempat berlindung yang digunakan oleh pengungsi Palestina berdiri di halaman rumah sakit Al Shifa selama operasi darat Israel di sekitar rumah sakit tersebut, di Kota Gaza, Minggu (12/11/2023). Foto: Ahmed El Mokhallalati/via REUTERS
Terpisah, seorang dokter ahli bedah yang berada di RS Al-Shifa selama penyerbuan terjadi, Ahmed El Mokhallalati, menyebut situasi di lokasinya sangat mengerikan dan suara tembakan terus terdengar.
Mereka yang terjebak di RS Al-Shifa — pasien, dokter, tenaga medis, dan warga sipil dipermalukan dan diinterogasi oleh pasukan penjajah yang bersenjata lengkap.
ADVERTISEMENT
"Pengeboman. Penembakan di sekitar rumah sakit dan di dalam rumah sakit. Benar-benar mengerikan, Anda bisa merasakannya sangat dekat dengan rumah sakit. Dan kemudian kami menyadari bahwa tank-tank itu bergerak di sekitar rumah sakit," jelasnya, ketika dihubungi via telepon.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, saat ini diperkirakan ada 650 pasien dan 5.000-7.000 warga sipil masih terjebak di dalam RS Al-Shifa. Namun, koneksi internet dan telekomunikasi yang terputus akibat generator kehabisan bahan bakar telah menghambat proses pendataan korban di lapangan.