news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

PBB: Krisis Kemanusiaan Skala Besar Terjadi di Ethiopia

17 November 2020 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Ethiopia yang melarikan diri dari pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah Tigray duduk dengan barang-barang mereka di desa Hamdait di perbatasan Sudan-Ethiopia di negara bagian Kassala timur, Sudan, (14/11). Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Ethiopia yang melarikan diri dari pertempuran yang sedang berlangsung di wilayah Tigray duduk dengan barang-barang mereka di desa Hamdait di perbatasan Sudan-Ethiopia di negara bagian Kassala timur, Sudan, (14/11). Foto: El Tayeb Siddig/REUTERS
ADVERTISEMENT
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan ada ratusan ribu orang yang kabur dari wilayah konflik di Tigray, Ethiopia Utara. Kondisi itu menyebabkan perbatasan Ethiopia-Sudan dipenuhi pengungsi.
ADVERTISEMENT
Menurut Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR) kondisi di Ethiopia bisa dikatakan sebagai krisis kemanusiaan.
“Krisis kemanusiaan skala besar sedang berlangsung,” ucap jubir UNHCR Babar Baloch seperti dikutip dari AFP.
Baloch menyebut, dari data yang mereka terima setiap harinya ada sekitar 4.000 warga Ethiopia menyeberang ke Sudan. Total sudah 27 ribu orang mengungsi di Sudan semenjak konflik bersenjata pecah di Tigray pada dua pekan lalu.
“Pengungsi kabur dari pertempuran yang terus berlanjut itu, tiba dengan selamat dari perjalanan panjang yang melelahkan dengan membawa beberapa barang,” tutur Baloch.
Karena jumlah pengungsi semakin banyak kini Sudan kebanjiran imigran. Situasi seperti ini tidak pernah lagi terjadi di Sudan dalam dua dekade terakhir.
Konflik di Ethiopia bermula pada 4 November 2020. Saat itu, Tentara Ethiopia menyerbu Tigray untuk merespons serangan yang dilakukan Tigray People's Liberation Front (TPLF) ke kamp militer.
ADVERTISEMENT
Diduga pertikaian bermula setelah PM Abiy Ahmad berkuasa sejak 2018. Saat itu, TPLF yang tadinya dekat dengan kekuasaan Pemerintah Pusat mulai terpinggirkan.
TPLF kemudian mulai melakukan pemberontakan kepada Pemerintah Pusat. Pemberontakan berujung pertempuran menyebabkan ratusan orang tewas di Tigray dan puluhan ribu orang kabur ke negara tetangga seperi Sudan.