Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
PBNU: Konflik Rohingya Jangan Sampai Picu Kebencian ke Umat Buddha
2 September 2017 20:43 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Pembantaian muslim Rohingya oleh tentara militer di Myanmar masih terus berlanjut. Dunia mengecam tindakan genosida terhadap Rohingya, tak terkecuali Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketum PBNU, Said Aqil Siradj, mengimbau masyarakat Indonesia tak terpancing emosi dan mengaitkan konflik kemanusiaan itu dengan isu agama. Meskipun pembantaian tersebut dilakukan oleh penganut Buddha.
"Semua yang ada di Indonesia jangan terpancing dengan apa yang terjadi di Myanmar. Semua baik umat muslim tidak boleh berbuat seenaknya dengan orang Buddha yang ada di sini," ujarnya di Hotel Bidakara, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Sabtu (2/9).
Meski genosida Rohingya yang terjadi di Myanmar berpotensi memberi kesan kepada publik bahwa hal itu merupakan konflik agama, Said berharap masyarakat menghindari sentimen negatif terhadap umat Buddha di Indonesia.
"Memang kejahatan di Myanmar dilakukan oleh orang-orang Buddha tapi bukan berarti perintah agama, itu bukan perintah agama," imbuh Said.
ADVERTISEMENT
Said berharap pemerintah Indonesia punya peran lebih dalam membantu menghentikan pembantaian etnis Rohingya di Myanmar. Ia mengimbau pemerintah Indonesia melakukan dialog dengan pemerintah Myanmar terkait hal tersebut .
"Kami harap pemerintah Indonesia menjadi penengah atau melakukan. Hal hal yang efektif. Pemerintah bertemu dengan pemerintah sana, informal dari hati ke hati," kata Said.
Said menyesalkan sikap PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang dinilainya lamban dalam mengatasi masalah Rohingya. Menurutnya PBB biasanya mampu bertindak cepat terhadap urusan kemanusiaan lain, namun tidak dengan krisis kemanusiaan di Myanmar.
"PBB harus selesaikan, PBB membiarkan. Kalau Bosnia , cepat sekali, ada apa-apa di Eropa, cepat sekali. Ini kok lama," ucap Said.