PDIP Akan Bangun Monumen Kudatuli

27 Juli 2021 13:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tabur bunga di Kantor DPP PDIP memperingati peristiwa kudatuli. Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Tabur bunga di Kantor DPP PDIP memperingati peristiwa kudatuli. Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Hari ini, 27 Juli, adalah hari bersejarah bagi PDIP. Hari ini merupakan peringatan peristiwa penyerangan kantor DPP PDIP yang dikenal sebagai Peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli).
ADVERTISEMENT
DPP PDIP, dipimpin Sekjen Hasto Kristiyanto, menggelar tabur bunga demi merawat ingatan. Hadir juga dalam kesempatan itu sejumlah perwakilan keluarga korban peristiwa Kudatuli, yang tergabung dalam Forum Komunikasi Kerukunan (FKK) 124.
"Perjuangan kita belum selesai, termasuk di dalam menuntut kebenaran hukum atas peristiwa tersebut," ujar Hasto kepada wartawan, Selasa (27/7).
Sebelum tabur bunga, para keluarga korban memanjatkan doa terlebih dahulu. Hasto lalu menyampaikan pesan dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Megawati mengingatkan pentingnya membangun sebuah monumen untuk memperingati peristiwa itu.
Tabur bunga di Kantor DPP PDIP memperingati peristiwa kudatuli. Foto: Dok. PDIP
"Tadi pagi saya melaporkan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri terhadap acara tabur bunga ini, beliau juga mengingatkan bahwa penting bagi kita di tempat ini untuk membangun monumen 27 Juli," tutur Hasto.
ADVERTISEMENT
Karena itu, pihaknya akan segera meminta berbagai masukan agar Monumen 27 Juli bisa diwujudkan. Diharapkan monumen ini bisa menjadi simbol semangat demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, yang tidak pernah bisa dibungkam oleh kekuasaan yang otoriter.
"Dan dengan adanya monumen itu, kita juga mengingatkan agar hal tersebut tidak boleh terjadi kembali. Kita doakan para korban peristiwa Kudatuli tersebut. Kita doakan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia, karena kekuatan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat itu terbukti mampu menumbangkan kekuasaan otoriter Soeharto," ujar Hasto.
Hasto mengatakan, pada era Orde Baru, demokrasi betul-betul dikendalikan serta dikontrol oleh kekuatan elite yang menindas, yang membungkam suara-suara rakyat. Di lokasi kantor PDI saat itu, mimbar demokrasi akhirnya didirikan sebagai respons hak kedaulatan rakyat.
ADVERTISEMENT
Bagi Hasto, peristiwa Kudatuli tidak bisa terlepas dari upaya rezim Orde Baru yang berusaha mengintervensi terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI saat itu. Kantor partai sebagai simbol kedaulatan lalu diserang secara paksa dan menimbulkan banyak korban.
Tabur bunga di Kantor DPP PDIP memperingati peristiwa kudatuli. Foto: Dok. PDIP
PDIP, kata Hasto, tidak akan pernah bosan datang ke Komnas HAM, mengingatkan perlunya pengadilan koneksitas agar mereka yang terlibat diadili. Seperti aktor-aktor politik sebagai penyusun skenario yang mencoba mematikan suara rakyat dengan menimbulkan korban jiwa di kantor DPP PDI saat itu.
"Ketika menaburkan bunga ini tentunya semangat kita bukan hanya untuk mendoakan arwah para korban, tetapi juga agar keadilan ditegakkan, keadilan yang sebenar-benarnya di mata hukum dan politik," tegas Hasto.
Hadir dalam kesempatan itu Ketua DPP Djarot Syaiful Hidayat, Eriko Sotarduga, Ribka Tjiptaning, Wasekjen Sadarestu dan elite DPP lainnnya.
ADVERTISEMENT