PDIP Gelar Wayang Lakon Sumatri Ngenger: Cerminkan Demokrasi yang Dibajak

3 Agustus 2024 23:13 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada acara wayangan dalam rangka memperingati 28 tahun peristiwa Kudatuli di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Sabtu (3/8/2024).  Foto: Luthfi Humam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada acara wayangan dalam rangka memperingati 28 tahun peristiwa Kudatuli di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PDIP menggelar pertunjukan wayang kulit dengan lakon Sumatri Ngenger di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Sabtu (3/8) malam. Pagelaran ini dilakukan dalam memperingati peristiwa Kudatuli.
ADVERTISEMENT
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, salah satu tokoh yang ada dalam lakon ini adalah Kumbukarno--merupakan seorang satria yang bisa melihat kebenaran namun tak berbuat apa-apa.
"Ini juga mencerminkan sekarang banyak yang melihat ketidakadilan, banyak yang melihat demokrasi yang dibajak oleh kekuasaan tetapi banyak yang takut untuk bersuara dan lebih memilih bertapa seperti Kumbukarno," kata Hasto kepada wartawan.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada acara wayangan dalam rangka memperingati 28 tahun peristiwa Kudatuli di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Sabtu (3/8/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Hasto melanjutkan, dalam lakon itu juga ada tokoh Bambang Sumantri yang berwatak sombong. Ia malu punya adik yang berparas buruk rupa.
Padahal, adiknya telah membantunya melakukan berbagai tugas. "Bahkan adiknya kemudian dibunuh karena rasa malu mengakui saudara," ungkap Hasto.
"Ini juga suatu cermin kekuasaan dalam teori Han Aren tentang budaya politik kekuasaan. Kekuasaan itu muncul dari suatu ide dari suatu gagasan-gagasan kolektif, kekuatan kolektif, bukan pada aktor yang melekat dengan power itu," jelas dia.
ADVERTISEMENT