PDIP: Kalau Tak Ada Reformasi, Tidak Ada Anak Tukang Kayu Jadi Presiden

20 Juli 2024 13:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
Ribka Tjiptaning, Politikus PDIP dan Anggota Komisi IX DPR. Foto: Facebook/Ribka Tjiptaning
zoom-in-whitePerbesar
Ribka Tjiptaning, Politikus PDIP dan Anggota Komisi IX DPR. Foto: Facebook/Ribka Tjiptaning
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PDIP menggelar Diskusi Kudatuli dalam rangka mengenang peristiwa pengambilalihan secara paksa Kantor DPP PDIP yang dikuasai Megawati Soekarnoputri oleh massa pendukung Ketum PDI hasil kongres Medan, Soerjadi, pada 27 Juli 1996 silam.
ADVERTISEMENT
Ketua DPP PDIP, Ribka Tjiptaning, mengeklaim peristiwa tersebut menjadi tonggak terjadinya reformasi pada Mei 1998.
"Karena tidak ada Kudatuli, tidak ada 27 Juli maka tidak ada reformasi. Tidak ada reformasi itu, adalah reformasi tonggaknya adalah kasus 27 Juli," kata Ribka di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Sabtu (20/7).
Presiden Joko Widodo memperlihatkan Surat Keputusan (SK) perhutanan sosial di taman hutan wisata punti kayu Palembang. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Ribka mengatakan, reformasi telah mengubah total sistem birokrasi di Indonesia. Dengan adanya reformasi, menurutnya, semua kalangan masyarakat bisa menjadi pemimpin.
"Kalau tidak ada reformasi, tidak ada anak buruh bisa jadi gubernur, tidak ada reformasi tidak ada anak petani bisa jadi bupati/wali kota," ungkap dia.
Ribka lalu menyindir Presiden Jokowi yang diketahui merupakan anak seorang tukang kayu.
"Tidak ada reformasi, tidak ada anak tukang kayu jadi presiden. Anak tukang kayu soal sekarang songong. Cucunya juga songong," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Ribka mengungkapkan, dengan reformasi juga menciptakan kebebasan pers. Di mana, di zaman orde baru, pers terbelenggu oleh penguasa.
"Inget juga dulu karena kasus 27 Juli ada kebebasan pers, cabut dwifungsi ABRI. Sekarang dwifungsi ABRI mau dikembalikan lagi, bahkan lebih binal, lebih biadab," ucap Ribka.