PDIP Kecam Keras Aksi Premanisme Brutal yang Bubarkan Diskusi FTA di Kemang

30 September 2024 7:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembubaran diskusi tokoh di Hotel Grand Kemang dibubarkan sekelompok orang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembubaran diskusi tokoh di Hotel Grand Kemang dibubarkan sekelompok orang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembubaran paksa diskusi Forum Tanah Air (FTA) yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9), oleh sejumlah orang dikecam keras berbagai pihak. Termasuk oleh PDIP.
ADVERTISEMENT
Melalui juru bicaranya, PDIP mengecam keras aksi pembubaran tersebut.
Godlip Wabano (kiri) dan Fhelick E Kalawali, tersangka pembubaran diskusi di Grand Kemang, Sabtu (28/9/2024). Foto: X/@ahriesonta
"Kami sangat menyayangkan mengecam keras terjadinya aksi premanisme brutal dengan mencoba mematikan ide dan gagasan yang akan dibahas dalam diskusi tersebut," kata jubir PDIP Chico Hakim dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (30/9).
Dalam video yang viral, tampak sejumlah orang yang melakukan perusakan malah bersalaman dan berpelukan dengan polisi. Hal tersebut disorot oleh PDIP.
"Kami juga menyesalkan aparat kepolisian yang diam dan tidak bertindak, bahkan diduga melakukan pembiaran," ucapnya.
"Kami berharap dan mendorong aparat untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai penjamin keamanan bagi semua warga negara yang sedang menjalankan hak-hak konstitusionalnya, sehingga kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi," sambungnya.
Chico Hakim. Foto: Nabilla Fatiara/kumparan
Menurut Chico, PDIP sebagai partai yang mengemban nama demokrasi Indonesia dan berdasar konstitusi menilai seharusnya negara menjamin kebebasan menyatakan pendapat, berserikat, dan berkumpul.
ADVERTISEMENT
"Dalam falsafah Pancasila 1 Juni 1945, watak demokrasi Indonesia yang dibangun bukanlah demokrasi konsensus. Melainkan demokrasi dengan pertarungan ide dan gagasan guna menjawab berbagai persoalan rakyat. Cara pandang yang dipakai Bung Karno sebagai patron garis perjuangan partai kami; dalam menyampaikan ide dan gagasan selalu sebagai saripati dari isu apa yang terjadi dan berkembang di lingkup nasional, maupun global. Dalam pertarungan ide tersebut kemudian kita diilhami oleh kultur bangsa yang mengedepankan pentingnya musyawarah. Jadi bukan musyawarah dulu tanpa adu gagasan, namun adu gagasan dulu baru musyawarah. Jadi yang dihasilkan adalah pemikiran terbaik yang telah teruji!" ucapnya.

Peristiwa Pembubaran Paksa

Diskusi ini sejatinya berjalan dengan dihadiri oleh sejumlah tokoh, seperti eks Ketum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, Said Didu, eks Danjen Kopassus Soenarko, Marwan Batubara, Rizal Fadhilah, termasuk Tata Kesantra dan Ida N Kusdianti yang merupakan Ketua dan Sekjen FTA.
ADVERTISEMENT
Namun tiba-tiba, muncul sejumlah orang yang melakukan pembubaran. Aksi mereka itu memicu keributan dan menimbulkan kerusakan. Polisi bergerak mengusutnya. Hasilnya, sejumlah orang ditangkap dan tersangka pun dijerat.
Polda Metro Jaya tunjukan dua tersangka pembubaran paksa diskusi FTA di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan pada Minggu (29/9/2024). Foto: Abid Raihan/kumparan
Polda Metro Jaya telah berhasil amankan lima orang. Namun hanya dua di antaranya yang dijerat tersangka. Selain melakukan perusakan, para pelaku ini juga menganiaya sekuriti hotel.
Mereka yang ditangkap adalah FEK, GW, JJ, LW, dan MDM. Kemudian, yang dijerat tersangka yakni FEK dan GW.
"Ada dua yang terindikasi melakukan tindak pidana baik itu pengerusakan maupun penganiayaan terhadap sekuriti daripada hotel Grand Kemang,” jelas Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya, di gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Minggu (29/9).
Menurut Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Djati Wiyoto, para pelaku ini menggelar unjuk rasa tandingan yang menolak adanya diskusi tersebut. Sebab, menurut mereka, diskusi tak berizin. Kemudian, para pelaku aksi ini juga berdalih bahwa diskusi dapat memecah belah bangsa. Namun hal itu berujung pada aksi pembubaran diskusi.
ADVERTISEMENT