PDIP Minta Investigasi Kebakaran Kilang Pertamina: Dugaan Sabotase, Human Error

15 November 2021 17:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Politisi PDIP Adian Napitupulu saat diskusi dengan tajuk "Ada Apa Di Balik Kasus Wahyu?" di Warung Komando, Jakarta, Minggu (19/1). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Politisi PDIP Adian Napitupulu saat diskusi dengan tajuk "Ada Apa Di Balik Kasus Wahyu?" di Warung Komando, Jakarta, Minggu (19/1). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Fraksi PDIP DPR RI hari ini menggelar konferensi pers merespons kebakaran kilang minyak milik PT Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (14/11) malam. Anggota Komisi VII DPR Fraksi PDIP, Adian Napitupulu, meminta seluruh jajaran terkait untuk menyelidiki tuntas kebakaran kilang minyak tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, harus dipastikan apakah penyebab kebakaran ini disebabkan oleh petir, human error, atau sabotase untuk kepentingan-kepentingan tertentu.
“Ada dugaan ini petir, ada dugaan bahwa ini sabotase, dugaan ini human error. Sabotase ini kepentingannya ada dugaan terkait menuju tahapan awal pemilu yang sudah akan dimulai, misalnya awal tahun depan,” kata Adian di ruangan Fraksi PDIP Gedung DPR, Senayan, Senin (15/11).
Adian mengatakan petir itu terjadi bisa kapan saja. Tetapi dengan kemampuan teknologi sekarang harusnya pengamanan Pertamina bisa jauh lebih baik. Apalagi kejadian serupa sudah terjadi berkali-kali.
“Masa iya, sih, tidak ada perbaikan sama sekali? Jangan-jangan tidak cuma karena faktor alam, mungkin tidak terbuka faktor-faktor yang lain? Apakah pasti petir? Belum tentu. Ada kemungkinan lain? Bisa saja. Bisa kemungkinan lain misalnya human error, yang menjaga berapa banyak, sedang apa saat itu?” ujar dia.
ADVERTISEMENT
“Kemudian mungkin tidak terjadi sabotase? Ya mungkin juga. Oleh siapa? Bisa mafia migas, bisa juga orang-orang lain yang berkepentingan untuk membuat instabilitas. Kenapa, karena bahan bakar minyak ini, kan, komponen penting buat industri, buat kehidupan manusia, dan sebagainya,” imbuhnya.
Kepulan asap terlihat dari tangki 36 T 102 yang terbakar di Kilang Pertamina Internasional RU IV Cilacap, Jawa Tengah. Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Menurut Adian, siapa pun yang mau mengganggu sebuah negara, salah satu yang bisa dilakukan adalah sabotase bahan bakar minyak. Ia menekankan Komisi VII akan meminta instansi-instansi lain yang terkait berdasarkan investigasi ini dilibatkan untuk menuntas kecurigaan yang ada.
“Kalau disabotase bahan bakar minyak, petani tidak bisa bawa hasil taninya ke pasar, kenapa? BBM-nya hilang. Angkutan umum berhenti beroperasinya, tentara kita terhambat mobilisasinya, kriminalitas terjadi di mana-mana, kenapa? Polisi tidak bisa datang ke pasar-pasar, BBM-nya hilang, sampai pesawat tempur kita pun hanya ada di kandang,” papar dia.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Adian menerangkan ada lima level pengamanan yang seharusnya dilakukan di setiap kilang minyak yang merupakan kategori obyek vital negara. Jika pengamanan luar biasa, maka harus dipastikan apakah kebakaran termasuk dari bencana alam atau penyebab lain termasuk sabotase.
PDIP pun mendorong adanya investigasi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik kebakaran kilang Pertamina di Cilacap.
“Fraksi PDIP meminta agar tidak muncul spekulasi-spekulasi di kemudian hari, saling tuduh dan sebagainya, kita minta investigasi yang menyeluruh. Apa yang diinvestigasi? Tidak hanya di lapangan, tapi juga seluruh kelengkapan-kelengkapan pengamanan, jadwalnya, nama-namanya,” tutur dia.
“Kalau perlu memeriksa latar belakang nama-nama itu. Ada si A latar belakangnya apa, si B, untuk menghindari spekulasi. Kenapa? Rakyat butuh jawaban yang jelas, ini bukan peristiwa pertama,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adian menegaskan Komisi VII akan memanggil semua pihak terkait, termasuk Kementerian BUMN dan Pertamina hingga penjelasan dari kepolisian. Pihaknya juga akan melakukan kunjungan langsung ke Cilacap untuk melakukan berbagai macam verifikasi.
“Kita Komisi VII mencari informasi sebanyak-banyaknya melalui seluruh jejaring yang kita miliki dan meminta secara intensif diselidiki. Misalnya ada 1.000 orang, 500 orang, 300 orang atau bahkan 50 orang di sana, kita tahu enggak, sih, latar belakang masing-masing, hubungan satu dengan yang lain sebagainya?” terang dia.
“Kalau di aktivis dulu kita selalu membuat pemetaan sosial atau analisa sosialnya. Dalam konteks ini kalau kemungkinan ini masuk dalam kemungkinan sabotase, kita bisa urai dari situ, hubungan yang satu dengan yang lain dan sebagainya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Adian menghormati asas praduga tidak bersalah, tapi jangan sampai dijadikan alasan pihak terkait untuk mengulur proses penyidikan. Ia mengingatkan proses penyidikan komprehensif dalam waktu cepat diperlukan untuk menghindari spekulasi spekulasi yang berlebihan.
“Sabotase oleh siapa, apakah ini kepentingan politik, bisnis mafia migas misalnya sehingga membuat kita impor lagi, impor lagi. Kenapa? Karena ini, kan, yang terbakar tangki Pertalite yang sangat dibutuhkan rakyat.
Apakah tujuannya mau mengacaukan situasi sehingga pilihan tangki Pertalite bukan yang lain? Nah, akan muncul banyak spekulasi,” paparnya.
“Spekulasi ini hanya bisa dihentikan melalui investigasi mendalam dari semua pihak, baik Pertamina, Kementerian BUMN, DPR, dan sebagainya. Kan kita tidak mungkin mendahului penyidikan, belum selesai lalu kita langsung salahkan petir, kita salahkan kelompok ini kelompok itu, kita sebut nama menteri ini menteri itu, enggak bisa dong,” tandas dia.
ADVERTISEMENT