Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Buku bajakan sampai saat ini masih jadi momok bagi para penerbit. Tergabung Konsorsium Penerbit Jogja (KPJ) 12 penerbit di Yogyakarta melapor ke Polda DIY pada Agustus 2018 lalu yang tertuang dalam surat No. LP/0634/VIII/2019/DIY/SPKT.
ADVERTISEMENT
Setahun perjuangan para penerbit buku ini akhirnya membuahkan hasil. Sejumlah pedagang di Toko Buku Shopping tempat pusat buku bekas dan baru di Yogyakarta menyerahkan ribuan buku bajakan kepada konsorsium.
“Jumlah pastinya yang diserahkan belum dihitung. Masih serah terima nanti akan dihitung lagi jumlahnya. Tapi sekitar ribuan,” kata Hinu OS Koordinator KPJ ditemui di lokasi, Rabu (27/11).
Hinu mengatakan bahwa langkah ini luar biasa lantaran pedagang buku dengan dasar dan sukarela menyerahkan buku bajakannya. Mereka juga berjanji tidak akan kembali menjual buku bajakan.
“Shopping center menyerahkan secara bertahap buku-buku bajakannya. Ke depan mereka berjanji tidak ada buku bajakan di Shopping Center. Mengembalikan fitrahnya jadi toko buku tradisional yang selama ini kita penerbit ingin berkolaborasi,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain agar buku bajakan tak muncul lagi di Shopping, penerbit juga akan rutin menggelar diskusi-diskusi di sini. Sementara untuk proses hukum, buku-buku bajakan ini akan diserahkan ke kepolisian. Harapannya pembajak-pembajak yang menyuplai buku ke Shopping ini bisa ditindak.
“Kalau bicara angka kerugian yang kita laporkan dari belasan penerbit hampir Rp 13 miliar. Teman-teman Shopping menyerahkan buku bajakan ke pihak penerbit dan barang buktinya akan diproses ke polisi,” kata dia.
Dia berharap contoh elegan ini bisa ditiru penerbit lain di luar Yogyakarta. Buku diserahkan dengan sukarela tanpa perang penyitaan dan tangisan.
Sementara itu, salah seorang perwakilan pedagang buku, Untung (90) mengatakan di Shopping ada ratusan kios buku, menurutnya sekitar 10 persen menjual bajakan. Buku-buku yang bajakan mayoritas merupakan novel dan buku sosial yang banyak peminat.
ADVERTISEMENT
“Ada 100-an lebih pedagang. Hanya sebagian kecil 10 persen yang jual seperti itu. Bajakan biasanya disembunyikan,” kata Untung.
“Ke depan kami akan terus mengikuti apa yang kemarin kita bicarakan bersama semoga ke depan kita akan menjadi kekuatan mitra yang baik di antara kita untuk saling bekerja sama, membangun usaha dan tidak ada yang dirugikan di antara kita,” pungkas dia.
Barzen (30) pedagang buku lain menjelaskan alasan menjual buku bajakan bukan hanya soal motif ekonomi saja, namun juga kurangnya akses dengan penerbit. Dengan langkah ini ke depannya akan ada komitmen kerja sama antara penerbit dan pedagang.
“Selisih ada sekitar 10 persen dari buku asli. Kadang penerbit kasih ke satu toko saja yang lain nggak,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua DPC Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) yang juga kuasa hukum KPJ menjelaskan bahwa dalam hal ini pedagang buku hanya perantara saja. Dia menyarankan kepada pedagang buku tidak lagi menjual buku bajakan.
“Bukan soal keuntungan penerbit tapi moral kawan-kawan Shopping mau. (Buku bajakan) ini sebagai bukti kepada pihak kepolisian itikad baik dari teman-teman Shopping ada,”’ujar dia.
Para pedagang tidak perlu khawatir stok buku karena bisa langsung mengakses kepada penerbit dengan harga yang terjangkau pula.