Pedagang Pasar Senen Kini Jualan di Trotoar dan Pinggir Jalan

22 Januari 2017 18:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pedagang pakaian mulai berjualan. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang pakaian mulai berjualan. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
Empat hari setelah terbakarnya Blok II dan III Pasar Senen, Jakarta Pusat, geliat perekonomian kembali tampak. Sejumlah pedagang sejak pagi sudah menjajakan dagangannya di trotoar di luar bangunan yang terbakar.
ADVERTISEMENT
Lokasi yang dijadikan tempat berjualan adalah Jalan Stasiun Senen dan Jalan Letjen Suprapto. Pedagang yang mayoritas penjual baju, menggunakan gantungan besi untuk menjajakan barang dagangan.
Surya (47) yang menjual baju bekas, mengaku berjualan di Blok III Pasar Senen sebelum kebakaran terjadi. "Ini insiatif saja jualan di luar. Tidak ada yang mengarahkan," katanya kepada kumparan, Minggu (22/1).
Tidak hanya pedagang di trotoar, penjual makanan pun turut kembali mencari nafkah di dekat lokasi kebakaran. Terlihat pedagang makanan di sebelah kiri pasar kembali didatangi pembeli.
Sedangkan bangunan yang terbakar masih belum bisa dimasuki sembarang orang. Garis polisi belum dilepas. Sejumlah petugas juga masih berjaga.
Sementara itu, akibat dari geliat perekonomian di trotoar dan pinggir jalan itu, terjadi kemacetan. Tikungan dari Jalan Raya Senen menuju Jalan Stasiun Senen sudah dipenuhi pedagang dan parkir liar.
ADVERTISEMENT
Pasar Senen kembali ramai. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Senen kembali ramai. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
Beberapa pedagang yang menjual pakaian bekas secara kaki lima, kebanyakan mengaku sebagai korban kebakaran. Mereka menyebut terpaksa menggunakan bahu jalan dan trotoar sebagai lapak demi menyambung hidup.
"Tidak mungkin kami menunggu sampai tempat relokasi siap," kata Surya.
Beberapa pinggir ruas jalan bahkan sampai dibuat batas-batas oleh pedagang. Mereka membuat batas lapak dadakan itu menggunakan cat semprot dan menuliskan nama.
"Kami buat batas-batas ini karena takut tidak kebagian tempat saja," kata Nasrul yang menggelar lapak di pinggir jalan.
Laju kendaraan yang melintas semakin terhambat karena sisi jalan yang tidak dipakai pedagang dipakai untuk parkir. Juru parkir yang berpakaian bebas meminta tarif sebesar Rp 5 ribu per kendaraan.
Situasi lalu lintas di Senen. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi lalu lintas di Senen. (Foto: Teuku Muhammad Valdy Arief/kumparan)
Jelang sore mereka kembali merapikan dagangan. Besok akan kembali berjualan di masing-masing lapak yang dibatasi cat berwarna putih di aspal.
ADVERTISEMENT