Pejabat Otoritas Palestina Komentari Nahdliyin yang Kunjungi Israel

8 Agustus 2024 19:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf bersama Penasihat Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Al Habbash dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024).  Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf bersama Penasihat Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Al Habbash dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penasihat Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Al Habbash menanggapi pertanyaan awak media perihal kelima Nahdliyin yang berkunjung ke Israel, dan bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
ADVERTISEMENT
Mahmoud mengatakan, sebelum Palestina berdiri sebagai negara yang bebas berdaulat, maka hubungan apa pun dengan Israel bisa diartikan secara salah.
"Dan menurut saya, bahwa sebelum okupansi ilegal ini berakhir di tanah Palestina, dan sebelum berdirinya negara Palestina sebagai negara yang bebas dan berdaulat, maka hubungan apa pun dengan Israel dapat diinterpretasikan secara yang salah," ujar Mahmoud di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (8/8).
Mahmoud melanjutkan, bahwa hubungan apa pun dengan Israel, harus dilandasi dengan niat untuk mengakhiri konflik Palestina dan Israel.
Ketum PBNU, Yahya Cholil Staquf bersama Penasihat Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Al Habbash dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024). Foto: Fadlan Nuril Fahmi/kumparan
"Bahwa hubungan apa pun dengan Israel, harus dilandasi niat agar konflik Palestina Israel atau peperangan ini berakhir," ucap Mahmoud.
Kemudian ia mengatakan, pihaknya tak ingin melangkahi step pertama, bahwa rakyat Palestina harus mendapatkan kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
"Lalu, setelah itu baru negara-negara Islam dan negara-negara Arab dapat membangun hubungan diplomatis atau perdagangan dengan Israel," tuturnya.
"Namun sebelum adanya kebebasan bagi rakyat Palestina sebagai langkah pertama, maka apa pun yang dilakukan setelah itu dapat diinterpretasikan secara tidak tepat pada saat ini," pungkasnya.
Sebelumnya, lima tokoh muda NU berkunjung ke Israel, kelimanya adalah Gus Syukron Makmun, Dr. Zainul Maarif, Munawar Aziz, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania.
Kelima tokoh tersebut, tergabung dalam Lajnah Bahtsul Masail (LBM) PWNU DKI Jakarta, Pencak Silat Pagar Nusa dan Fatayat NU.
Kepergian kelima orang tersebut ke Israel atas nama pribadi dan sama sekali tidak mewakili lembaga.
Keberangkatan mereka ke Israel dibiayai oleh sebuah LSM yang dalam undangannya tertera agenda dialog antariman dan tidak ada jadwal untuk bertemu Presiden Israel.
ADVERTISEMENT
Alasan mereka, keberangkatan itu bertujuan untuk turut serta menciptakan perdamaian antara Israel dan Hamas. Terkait tindakan tersebut, mereka telah mengaku salah.