Pejaten Shelter dan 700 ‘Sahabat’ yang Menanti Kasih Sayang

30 Januari 2017 12:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Petugas membersihkan kutu-kutu di tubuh anjing. (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan kutu-kutu di tubuh anjing. (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Rumah berpekarangan luas di Pejaten itu tidak berpalang nama. Tapi netizen penyayang hewan tahu rumah itu biasa disebut Pejaten Shelter, rumah bagi 700 anjing yang menanti elusan kasih sayang.
ADVERTISEMENT
Ketika memasuki halaman rumah di Jakarta Selatan itu, gonggongan anjing terdengar nyaring. Sebagian anjing itu juga berloncatan menyambut kedatangan orang yang masuk. Seperti seorang bocah yang menyambut gembira kedatangan orang tuanya yang baru saja pulang.
Tak perlu takut digigit bila kamu ke sini karena anjing-anjing itu sudah jinak.
“Di sini ada 700 anjing,” kata pendiri dan pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, kepada Anggi Dwiki dari kumparan, Minggu (29/1). Tak cuma anjing, ada juga puluhan kucing dan monyet, yang semuanya ditampung setelah tak diinginkan lagi oleh majikannya, dengan berbagai alasan, misalnya tidak mampu merawat lagi atau bosan.
Anjing-anjing mengelilingi petugas Pejaten Shelter (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anjing-anjing mengelilingi petugas Pejaten Shelter (Foto: Anggi Dwiky/kumparan)
Kisah Pejaten Shelter dimulai pada 31 Agustus 2009. Kala itu, Susana mendirikan kandang kecil untuk 70 anjing yang berkeliaran di jalanan.  Dana dari donatur datang dengan mudah dan cepat.
ADVERTISEMENT
Dia merawat anjing-anjing itu -- banyak di antara mereka yang kondisinya tidak prima -- dengan baik dengan harapan akan ada tuan baru untuk “sahabat manusia” itu. Jadi tempatnya direncanakan hanya merupakan penampungan sementara belaka.
Perawatan yang dilakukan Susana mulai dari memandikan, memberi makan anjing, memberi ruangan untuk mereka serta memberi vaksinasi dan perawatan kesehatan lainnya agar anjing selalu sehat.
Tak dinyana popularitas Susana — seorang dokter patologi klinik — meroket di internet. Tapi popularitas itu tak membuat anjing-anjing yang dirawatnya lekas diadopsi majikan baru. Justru sebaliknya, orang-orang yang tahu kegiatan sosialnya berbondong-bondong menyerahkan peliharaan yang sudah tidak diinginkannya dengan aneka sebab, kepada Susana. Mereka yakin di tangan Susana peliharaan mereka akan hidup lebih baik.
ADVERTISEMENT
Alhasil, setiap tahun peliharaan Susana kian bertambah, mungkin  tambah 100 ekor per tahun. Dan tahun ini catatannya menunjukkan ada 700 anjing yang menjadi tanggungannya.
“Satu ekor anjing membutuhkan biaya Rp 250 ribu per bulan, di sini ada 700 anjing, kalikan saja….silakan hitung sendiri,” ujar Susana saat ditanya berapa anggaran per bulan untuk menghidupi hewan-hewan itu.
Biaya sebanyak itu terdiri dari makanan untuk anjing, pengobatan, air, listrik, termasuk komponen untuk membayar gaji pegawai yang merawat. Makanan yang biasa disajikan untuk ratusan hewan itu antara lain nasi, daging, dan dog food. Belum lagi biaya untuk vaksin tahunan dan sterilisasi.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan semakin besarnya shelter yang dia dirikan, justru donasi dari dermawan tidak selancar awal dia menggagas ide pada tahun 2009. Karena itu, sebagian besar pengeluaran sekarang berasal dari koceknya sendiri. Donasi yang masuk sekitar 10-20 persen.
“Kalau jalannya hidup saya sudah seperti itu, ya saya tidak akan berhenti untuk menampung,” kata Susana berbesar hati.
dr Susana Somali dan penghuni Pejaten Shelter (Foto: dok pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
dr Susana Somali dan penghuni Pejaten Shelter (Foto: dok pribadi)
Mengandalkan orang yang bersedia mengadopsi bukan perkara mudah. “Adopsi memang ada, tapi 1 banding 100,” ujarnya.
Saking sedikitnya orang yang mengadopsi, besar kemungkinan anjing-anjing itu akan selamanya menetap di Pejaten Shelter.
“Ini sebenarnya bukan shelter, ini sanctuary.  Sanctuary itu berarti seumur hidup hewannya akan di sini,” ungkap Susana.
Lalu apa yang mendorong Susana menampung anjing-anjing liar maupun anjing rumahan yang tak diinginkan lagi itu? “Panggilan saya memang sudah seperti ini,” jawab Susana.
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi “pahlawan anjing” seperti Susana, tentu tidak bisa dilakukan dengan mendadak. Harus didasari kecintaan yang besar pada binatang.
“Kita tidak bisa mendadak suka binatang. Saya datang dari keluarga yang suka binatang, tidak cuma anjing, ya segala macam binatang,” ujarnya.
Di akhir pekan, Pejaten Shelter kadang dikunjungi pecinta binatang yang memberikan donasi atau sekadar bercengkerama dengan anjing-anjing itu. Beberapa di antara mereka mengabadikan dengan video dan meng-upload-nya ke Youtube. Beberapa di antara pengunjung menganjurkan agar masyarakat mengadopsi hewan peliharaan daripada membeli.
Susana mengaku, tidak masalah baginya mengeluarkan modal untuk memberi makan dan obat-obatan peliharaan itu. Yang jadi masalah adalah bagaimana memberi kasih sayang yang sama rata bagi ratusan hewan yang sorot matanya selalu mendamba manusia untuk mengajaknya bermain, mengelus-elusnya dan menyayanginya bak sahabat.
ADVERTISEMENT
Apakah kamu tertarik membagi kasih sayang?