Pelabuhan di Rotterdam Belanda Jadi Pintu Masuk Jutaan Ton Kokain ke Eropa

13 Desember 2022 15:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kokain. Foto: photopixel/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kokain. Foto: photopixel/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jutaan peti kemas yang dibongkar derek raksasa di Rotterdam, Belanda, menjadikannya kota pelabuhan terbesar di Eropa. Di antara tumpukan kargo yang menjulang, ada satu muatan yang semakin menimbulkan masalah bagi kota tersebut, yakni kokain.
ADVERTISEMENT
Otoritas lokal bahkan mencegat hampir 70 ton kokain pada 2021. Menurut petugas yang memimpin tim bea cukai bersenjata di pelabuhan, Ger Scheringa, jumlah ini naik 74 persen dari 2020.
Rotterdam adalah salah satu titik masuk utama yang digunakan sebuah 'kartel super' yang memasok sepertiga kokain Eropa. Satu titik lainnya adalah Antwerp di negara tetangga Belgia. Europol membongkar kartel yang berbasis di Dubai ini pada November.
Polisi menyita lebih dari 30 ton kokain dan menangkap 49 orang dari berbagai negara seperti Belgia, Prancis, Belanda, hingga Spanyol.
Kendati demikian, menentukan penyebab lonjakan masuknya kokain ke Rotterdam adalah pertanyaan yang rumit menurut Scheringa.
"Sepertinya ada banyak pembeli [di Eropa]," ujar Scheringa, dikutip dari AFP, Selasa (13/12).
ADVERTISEMENT
"Dan bila ada permintaan, ada penawaran," lanjut dia.
Pelabuhan Rotterdam. Foto: Wikimedia commons
Wali Kota Rotterdam, Ahmed Aboutaleb, menyesalkan bahwa kota pelabuhan ini 'tenggelam dalam kokain'. Dia turut mengutuk kekerasan yang kerap menyertai perdagangan narkoba.
Untuk itu, Aboutaleb menuntut pihak berwenang di pelabuhan agar memindai semua peti kemas yang datang dari Amerika Latin. Tetapi, tuntutannya menghadapi berbagai hambatan.
"Tantangan terbesar adalah menemukan keseimbangan yang baik antara kecepatan logistik untuk pelabuhan, dan memeriksa semua yang Anda inginkan," kata Scheringa.
Geng narkoba menggunakan metode canggih untuk mengirim kokain melalui Rotterdam. Spesialis narkoba untuk polisi pelabuhan, Romilda Schaaf, mengungkap bahwa mereka bahkan sering kali mengandalkan informasi orang dalam.
Puluhan ribu peti kemas biasanya menumpuk di beberapa terminal. Alhasil, para penyelidik memerlukan rincian yang tepat untuk menemukan obat-obatan yang diselundupkan.
ADVERTISEMENT
"Ini seperti mencari jarum di tumpukan jerami," terang Schaaf.
Paket berisi kokain. Foto: Fredy Rodriguez/Reuters
Para laki-laki muda yang sering kali berasal dari daerah miskin kadang-kadang terlihat menghabiskan beberapa malam di 'hotel peti kemas' yang dilengkapi makanan dan selimut, serta berjarak sangat dekat dengan peti kemas yang diprediksi membawa kokain.
Mereka memindahkan obat-obatan tersebut ke wadah berbeda agar semakin kecil kemungkinannya untuk diperiksa, terutama bila berasal dari Amerika Selatan. Dalam upaya pemberantasan, otoritas telah menangkap lebih dari 70 orang ini sepanjang 2022.
Sebagiannya adalah anggota geng narkoba, sedangkan yang lainnya merupakan pegawai pelabuhan. Polisi Belanda pun menangkap seorang personel perempuan berusia 43 tahun di Rotterdam atas keterlibatan dalam perdagangan narkoba pada 6 Desember.
Untuk membantu pengiriman dalam jumlah besar, geng narkoba biasanya membayar buruh pelabuhan dan pejabat hingga EUR 100.000 (Rp 1,6 miliar). Rotterdam sudah mengambil berbagai langkah besar untuk menghentikan bubuk putih itu memasuki Eropa.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah meningkatkan pemeriksaan bea cukai. Namun, Scheringa mengaku tidak yakin ada solusi untuk menyelesaikan masalah ini selama orang-orang terus menggunakan kokain.
Polisi menunjukkan barang bukti kokain yang disita di fasilitas bea cukai di pelabuhan Callao, Peru, Sabtu, (11/6). Foto: Cris Bouroncle/AFP
Petugas bea cukai Belanda bersikeras bahwa meningkatkan pemeriksaan, mengatasi korupsi pegawai pelabuhan, dan menjalin komunikasi yang baik dengan negara 'sumber' merupakan sejumlah aspek penting dalam membendung banjir kokain.
Kokain biasanya disembunyikan di dalam peti kemas. Terkadang, kokain obat tersebut juga ditempatkan di bawah kapal dalam bukaan di bawah garis air sebelum diambil para penyelam.
Otoritas lantas harus memisahkan sebuah peti kemas sebelum memindai, membongkar, dan menggeledahnya dengan anjing pelacak. Beberapa kapal turut diperiksa tim selam.
Sedangkan untuk memberantas korupsi, pejabat bea cukai mengajukan sistem otomatis yang menghilangkan faktor manusia.
ADVERTISEMENT
Kekerasan terkait perdagangan kokain sangat menyentuh masyarakat Belanda. Salah satu peristiwa yang lekat dalam benak publik adalah seorang jurnalis dan pengacara yang diduga dibunuh pada 2019 dan 2021. Mereka terlibat dalam persidangan seorang raja narkoba.
Kabar ini mengejutkan negara dan meyakinkan otoritas agar mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk tindakan keras.
"Tujuannya benar-benar untuk meyakinkan orang bahwa mereka dapat hidup dengan aman, dan bahwa tidak ada politikus, pengacara, atau pelapor kejahatan yang harus dilindungi karena sampah ini masuk ke negara kami," tegas Schaaf.