Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pelaku Penembakan di HUT AS Juga Berencana Serang Parade di Wisconsin
7 Juli 2022 1:58 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Robert Crimo, pelaku penembakan massal dalam parade peringatan Hari Kemerdekaan Amerika Serikat (AS) pada Senin (4/7) mengaku sempat mempertimbangkan serangan kedua ketika dalam pelarian.
ADVERTISEMENT
Crimo melakukan aksinya di Highland Park, Illinois, Chicago. Ia membawa senapan semi-otomatis dan naik ke atap sebuah bangunan yang menghadap rute parade.
Crimo membawa tiga magasin berisi 30 peluru lalu menembaki kerumunan pawai. Akibatnya, enam orang tewas dan 36 mengalami luka-lika.
Usai menjatuhkan senapannya di sebuah gang, Crimo melarikan diri. Dia membawa senjata lain di mobilnya.
Crimo pergi ke Madison di Wisconsin. Di sana, ia berencana menyerang parade perayaan HUT Kemerdekaan AS di kota tersebut.
Namun, Crimo mengurungkan niatnya dan kembali ke Chicago. Polisi menangkapnya sekitar delapan jam setelah serangan.
"Dia melihat perayaan yang berlangsung di Madison dan dia serius merenungkan untuk menggunakan senjata api yang dia miliki di kendaraannya untuk melakukan penembakan lain," kata juru bicara polisi, Christopher Covelli, dikutip dari AFP, Kamis (7/7).
ADVERTISEMENT
"Indikasinya adalah bahwa dia tidak memiliki cukup perencanaan untuk melakukan serangan lain," lanjut Covelli.
Covelli menambahkan, Crimo merencanakan serangan di Highland Park selama beberapa pekan. Tetapi, dia tidak mengungkap motif apa pun atas tindak kekerasan tersebut.
Menurut kepolisian, Crimo memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Polisi mendatangi rumahnya untuk menyelidiki upaya bunuh diri pada April 2019.
Pada September 2019, penyelidikan kembali berlangsung usai seorang kerabat melaporkan ancaman pembunuhan dari Crimo.
Polisi lalu menyita 16 pisau, belati dan pedang dari rumah. Tetapi mereka tidak melakukan penangkapan. Polisi juga tidak menerima pengajuan pengaduan resmi.
Otoritas mengatakan, senjata-senjata itu dikembalikan pada hari yang sama. Ayah Crimo mengaku, persenjataan tersebut adalah miliknya.
Terlepas dari perilakunya yang mengancam, Crimo diizinkan untuk membeli setidaknya lima senjata api secara legal. Saat masih berusia 19 tahun, dia mengajukan izin kepemilikan senjata api yang disponsori oleh ayahnya pada Desember 2019.
Kasus Crimo merupakan penembakan terbaru dalam gelombang kekerasan senjata yang melanda AS. Gun Violence Archive mencatat, sekitar 40.000 kematian per tahun di AS disebabkan oleh senjata api.
ADVERTISEMENT
Kini, Crimo telah didakwa dengan tujuh tuduhan pembunuhan tingkat pertama. Dia telah mengakui tindakannya secara sukarela.
Mengurai motif penembakan, pihak berwenang sedang menyelidiki unggahan-unggahan daring milik Crimo. Dia kerap merilis konten kekerasan yang menyinggung senjata dan penembakan.
Satu video yang diunggahnya di YouTube menampilkan kartun seorang pria bersenjata dan orang-orang yang ditembak.
"Aku harus melakukannya. Ini adalah takdirku. Semuanya mengarah ke sini. Tidak ada yang bisa menghentikanku, bahkan diriku sendiri," kata dia sebuah suara dalam video itu.